BAB II
PEMBAHASAN
II.I Pengertian Ingatan dan Memori
Pengertian ingatan secara fisiologis, adalah hasil perubahan kemampuan
penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari
akivitas neural sebelumnya. Perubahan ini kemudian menghasilkan jaras-jaras
baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi untuk membentuk penjalaran
sinyal-sinyal melalui lintasan neural otak. Jaras yang baru atau yang
terfasilitasi disebut jejak-jejak ingatan (memory traces). Jaras-jaras ini
penting karena begitu jaras-jaras ini menetap/ada, maka akan diaktifkan oleh
benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan yang ada (Guyton, 1997).
Menurut Sternberg (2008) ingatan
adalah cara-cara yang dengannya seseorang mempertahankan dan menarik
pengalaman-pengalaman dari masa lalu untuk digunakan saat ini.
Memori merupakan simpanan informasi - informasi yang diperoleh dan diserap
dari lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang
bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi
diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu
yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup
lainnya. Memory memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan perkiraan
pada masa depan. Memory merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang
diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf
yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Memory yang sifatnya dinamis
ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang
disimpan.
Memori atau mengingat merupakan proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan
kembali informasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian
disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Dalam otak,
terdapat dua macam tempat penyimpan informasi atau tanggapan yaitu :
a) Ingatan Jangka Pendek (Short Term Memori/STM) ialah tempat
menyimpan informasi yang akan dikeluarkan segera dalam waktu yang lebih pendek
Ada 2 cara untuk
meningkatkan STM, yaitu:
· Rehearsal : adalah
pengulangan informasi secara sadar sebagai usaha untuk mempertahankan informasi
dalam STM.
· Encoding : adalah proses
dimana informasi sensoris diubah kedalam bentuk yang dapat diingat. Encoding
dapat dilakukan dengan metode chunking, yaitu pengelompokan
beberapa huruf sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai
frase (larger chunks) dan serangkaian frase sebagai kalimat (even
larger chunks).
Retrieval adalah suatu proses
untuk menemukan memori yang disimpan dan membuatnya menjadi dapat digunakan.
Ada 2 jenis retrieval, yaitu:
· Recognition : adalah mengenali bahwa stimulus tertentu telah
disajikan sebelumnya.
· Recall : adalah mengeluarkan bagian spesifik
dari informasi, biasanya diarahkan dengan menggunakan cues.
Selective attention adalah membatasi perhatian pada stimulus tertentu
ketika ada banyak stimulus
yang hadir pada situasi tertentu. Individu lebih memperhatikan karakteristik
fisik dari stimulus, contohnya adalah volume dan ritme suara.
b) Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memori/LTM) ialah gudang
tempat menyimpan informasi untuk masa yang cukup lama.
II.II Proses Memori
Secara singkat proses
memori atau mengingat terjadi dalam tiga tahapan :
a) Tahapan perolehan Informasi
b) Tahapan Penyimpanan Jangka Pendek atau ingatan jangka panjang
c) Tahapan mengeluarkan kembali apabila suatu waktu diperlukan
Sedangkan
menurut Hillgard, proses memori terdapat 3 tipe:
a)
Recall:
Proses mengingat kembali info yang dipelajari pada masa lalu tanpa petunjuk.
b)
Recognition:
Proses mengenal kembali info yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk.
c)
Redintegrative: Proses mengingat
dengan menghubungkan berbagai info menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup
kompleks.
II.III Pengertian dan Proses
Lupa
Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan
tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai
suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan
kembali utnuk digunakan. (Irwanto,
1991: 150).
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi
pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali
atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara
sederhana. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa
sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami
atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item
informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Daya ingatan kita tidak
sempurna. Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak dapat diingat
kembali atau dilupakan. Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses
lupa keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi.
a. Apa
yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang
harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak,
lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat
mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
b. Mungkin
pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami
perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai
berikut:
1) Penghalusan:
materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan
kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
2) Penegasan:
bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling
mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga
yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan
tidak begitu diingat.
c. Asimilasi:
bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun
bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi
tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana
wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
d. Kalau
mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak
dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya
kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif.
Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam
ingatan, karena terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu
dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
e. Ada
kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa
mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal
yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja
(sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi
diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat
menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan
semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau
disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat
dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)
II.IV Faktor-faktor Lupa
Ada beberapa faktor-faktor yang
menyebabkan lupa, antara lain ialah:
a. Lupa
terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada
dalam sistem memori siswa. Dalam interfence
theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi
menjadi dua Macam (Reber, 1988;
Best, 1989; Anderson, 1990), yaitu:
1) Proactive interference
Seorang siswa akan mengalami gangguan
proaktif apabila materi pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam
subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa
ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang
sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu
yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit
diingat atau diproduksi kembali.
2) Retroactive interference
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami
gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan
gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu
tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi
pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan
kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
b. Lupa
dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah
ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya
kemungkinan :
1) Karena
item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang
diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya
hingga ke alam ketidaksadaran.
2) Karena
item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada,
jadi sama dengan fenomena retroaktif.
3) Karena
item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam
bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang
didasarkan para repression theory yakni
teori represi/ penekanan (Reber,
1988). Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam
bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi analisis yang banyak mendapat
tantangan baik dari kawan maupun lawannya itu.
c. Lupa
dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu
belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson,
1990). Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau
kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia
akan lupa menyebut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
d. Lupa
dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar
mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat
siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru)
maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
e. Menurut
law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena
materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan
siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian
dengansendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur
aduk dengan materi pelajaran baru.
f. Lupa
Tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang
terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger
otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.
Meskipun penyebab lupa
itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para guru
adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena
didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja
semua orang maklum.
Kecuali gangguan
proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa
lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak
sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang
dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk
dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena
tenggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat
proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Best, 1989; Anderson, 1990).
Apakah materi pelajaran
yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan akalnya? Menurut
pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih terdapat
dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau
diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah
melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi
memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam
memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang
memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996:
160)
· Lupa Versus Hilang
Kerapkali pengertian
“lupa” dan “hilang” secara spontan dianggap sama, padahal apa yang dilupakan
belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi
atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa segala sesuatu
yang pernah dicamkan dan dimasukan dalam ingatan, tetap menjadi milik pribadi
dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain, kenyataan bahwa seseorang
tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya,
seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai
efek apa-apa. (Winkel, 1989: 291)
sejumlah kesan yang telah didapat sebagai buah dari pengalaman belajar tidak
akan pernah hilang, tetapi kesan-kesan itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila
diperlukan kembali kesan-kesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Penggalian
kesan-kesan terpilih bisa karena kekuatan “asosiasi” atau bisa juga karena
kemauan yang keras melakukan “reproduksi” dengan pengandalan konsentrasi. Oleh
karena itu, tepat apa yang pernah dikemukakan oleh Gula (1982) dan Reber
(1988) bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu
yang pernah dipelajari atau dialami. (Muhibbin
Syah, 1999: 151) jadi, lupa bukan berarti hilang, sesuatu yang terlupakan
tentu saja masih dimiliki dan tersimpan di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu
yang hilang tentu saja tidak tersimpan dalam alam bawah sadar.
Gangguan-gangguan yang
menyebabkan terjadinya lupa, baik dalam ingatan jangka panjang maupun jangka
pendek ditunjang oleh hasil-hasil penelitian, bahwa informasi-informasi yang
baru didapat membingungkan informasi-informasi yang lama disebut “inhibisi
retroaktif” atau gangguan retroaktif. Sebaliknya, bila informasi-informasi yang
lama menyulitkan orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang baru
dinamakan “inhibisi proaktif” atau gangguan proaktif. (Mahmud, 1990: 136)
· Lupa-Lupa
Ingat
Lupa-lupa ingat
berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan melupakan. Lupa-lupaan
berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan, tidak mengindahkan. Baik
lupa-lupaan mengandung unsur kesengajaan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti
tidak lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa samar, tetapi kurang pasti), agak
lupa.
Kadang-kadang kita
mengingat sesuatu dari ingatan jangka panjang kita dan merasa seolah-olah kita
hampir mengingatnya, tetapi tidak mengingat betul apa yang ingin kita ingat
itu, entah itu nama seorang teman, tempat berlangsungnya kejadian tertentu,
tanggal lahir seorang pahlawan nasioanl dan sebaginya. “hampir ingat” ini
disebut”gejala ujung lidah”.
Pengorganisasian
struktur kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi kearah lupa-lupa
ingat. Kerancuan struktur kognitif menyebabkan sejumlah kesan menjadi
samar-samar, kesan berbentuk bayang-bayang dalam ketidakpastian. Sesuatu hal
yang direpresentasikan dalam bentuk kesan mengapung diantara alam bimbang sadar
dan alam bawah sadar, sehingga ingatan yang timbul karena kesadaran akibat
adanya rangsangan dari luar atau usaha mengingat-ingat terjelma dalam bentuk
gejala ujung lidah, hampir ingat atau lupa-lupa ingat, yang berarti tidak lupa,
cuma kurang pasti. (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 207-209)
· Teori-Teori
Mengenai Lupa
Lupa merupakan suatu
gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali
untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference
theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab
fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
a. Decay
theory
Teori ini beranggapan
bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah
diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di
simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini
akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian,
banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh
ausnya informasi.
b. Teori
interferensi
Teori ini beranggapan
bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang masih ada dalam
gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena
informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi
bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang
lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
Bila informasi yang baru
kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam
memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita
mengalami hal ini.
Adalagi yang disebut
interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang
mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
c. Teori
retrieval failure
Teori ini sebenarnya
sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam
memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali
tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih
disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat
tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut
tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
d. Teori
motivated forgetting
Menurut teori ini, kita
akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang
menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan
muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang
dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari
penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang
telah disimpan masih selalu ada.
e. Lupa
karena sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat
bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di
otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan
mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai
informasi yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan
dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi
yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses
lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi
otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.
II.V Proses
Perbaikan Memori
Memori
masuk kedalam otak melalui sinaps ( alur informasi), karena otak belajar
melalui kekuatan sinapsisnya. Dimana hippocampus (sistem limbik), amygdala (pusat ingatan emosi), striatum (untuk mengendalikan kemampuan
motorik), mammillary
bodies berperan aktif
didalam otak. Tiga proses dasar dari memori , yaitu Encoding (memasukkan informasi), Storage(penyimpanan)
dan Retrieval (menimbulkan
kembali). Yang pertama adalah proses mengingat dengan tahapan Encoding yaitu proses pengkodean terhadap apa
yang dipersepsikan dengan cara mengubah simbol-simbol tertentu pada
organismenya. Jadi encoding merupakan suatu proses mengubah sebuah
informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat memori organisme itu
sendiri. Informasi-informasi yang dapat disimpan olehnya dapat diperoleh dengan
cara sengaja maupun tidak sengaja. Kedua adalah proses mengingat Storage atau proses penyimpanan informasi.
Bagaimana penyimpanan terhadap apa yang telah diproses pada tahap pengkodean.
Ketiga adalah proses mengingat yang berkaitan dengan menimbulkan kembali sebuah
informasi-informasi yang telah tersimpan atau biasa disebut Retrieval.
Proses ini merupakan sebuah proses mencari dan menemukan informasi yang
disimpan dalam memori untuk digunakan kembali bila dibutuhkan. Misal saja
seseorang sering mengatakan bahwa"Belajar
dari pengalaman", karena ia mampu menggunakan bermacam
informasi yang ia miliki dan diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai
masalah yang dihadapi sekarang ataupun kedepannya. ProsesRetrieval ini dapat ditimbulkan dengan cara :
1. Recall,
yaitu proses mengingat kembali informasi yang sudah dipelajari di masa lalu
tanpa adanya sebuah petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Misalnya,
mengingat nama seseorang tanpa diiringi kehadiran orang tersebut.
2. Recognize,
yaitu proses yang mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari melalui
sebuah petunjuk yang telah dihadapkan pada organisme. Misalnya, mengingat
nama seseorang saat ia berjumpa dengan orang yang bersangkutan.
3. Redintegrative,
yaitu proses mengingat dengan menghubungkan bermacam-macam informasi menjadi
suatu konten yang kompleks. Proses ini terjadi bila seseorang ditanya sebuah
nama, misal saja Michael Jackson (Musisi Dunia), maka ia akan secara otomatis
akan teringat banyak hal karena beliau sering muncul di media dan kita sering
menontonnya.
Menurut Atkinson dan Shirfriin (1968), mereka
menciptakan sebuah teori tentang bagaimana
proses informasi dalam memori manusia.Memori
memiliki tiga jenis, yaituSM
(Sensory Memory), STM (Short Term Memory), dan LTM (Long Term Memory). Sensory
Memory adalah segala
memori yang didapatkan dari dunia indrawi. Proses mengingat ini terjadi sangat
cepat dan singkat. Berdasarkan beberapa penelitian eksperimen disimpulkan bahwa
individu hanya dapat mengingat sebuah informasi dengan beberapa item saja tidak
dapat menyimpannya secara lama. SM memiliki dua jenis yaitu Iconic(visual)
dan Echoic (pendengaran).
Pada saat kita memberi atensi terhadap informasi visual, maka informasi
tersebut akan ditransfer ke dalam memoriSTM atau Short
Term Memory. Namun apabila kita gagal memasukkan atensi tersebut
maka konsep yang akan didapat dari informasi tersebut akan hilang dan
terlupakan. Selanjutnya, STM atau Working Memory adalah memori jangka pendek yang
memiliki kemampuan paling mendasar dari individu untuk merecall kembali secara
tidak lama dan singkat. Bisa dibilang proses mengingat ini adalah penyimpanan
informasi sementara. Terdapat dua jenisnya, yaitu Primacy
Portion (kemenonjolan),
misalnya kita dapat diingat oleh orang lain karena kita berdiri sendiri di
dalam kesepian. Dan yang kedua Recency
Portion (kebaruan),
misalnya kita baru mengucapkan sesuatu dan kata tersebuh dapat diingat.
STM akan lebih mudah diaktifkan ketika kita dalam keadaan sadar dan
memberikan sebuah atensi pada informasi yang diberikan. Apabila STM tidak
memenuhi bagaimana proses mengingat yang melebihi dari konsepnya, maka proses
itu mengambil dari informasiLTM
atau Long Term Memory yang
merupakan proses penyimpanannya bersifat permanen. Karena manusia akan mudah
mengingat jika ia dalam situasi yang sama ketika proses tersebut diberikan pada
kode sebelumnya. Penyimpanan dalam LTM adalah kode linguistik (bahasa),
Gambar (visual) serta kode motor ( gerak atau fisik). Jenis LTM ada berdasarkan Declarative
memory dan Procedural
memory. Declarative memory memiliki dua model penyimpanan, yaitu Episodic dan Semantik. Episodic
adalah penyimpanan informasi yang berkaitan dengan pengalaman individu
sedangkan semantik lebih cenderung terhadap fakta-fakta tentang dunia. Terdapat
berbagai kesulitan di dalam Long Term Memori, yaitu:
- Recall : mencari informasi dan
menimbulkan kembali
- Tip
of the tounge phenomenon :
ketidakmampuan untuk menimbulkan kembali informasi yang diketahui
- Retrieval
Cue : berupa stimulus yang mendorong untuk menimbulkan kembali
informasi dalam LTM
- Flashbub
memories : memori
terhadap kejadian yang spesifik secara jelas
- Von
restore effect :
sebuah stimulus yang lebih mudah di recall daripada stimulus yang sederhana
- Soap
opera effect :
informasi sebelumnya lebih mudah diingat ketika dapat memahami individu
Forgetting
Forgetting memiliki beberapa
teori, yaitu :
1. Teori Motivated
Forgetting merupakan
proses melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan.
2. Teori Decay adalah sebuah informasi dalam memori
dalam bentuk jejak memori yang sering dikenal dengan memory trace atau punah.
3. Teori Interferensi yang memiliki dua jenis yaitu retro
aktif (informasi baru
merusak proses mengingat informasi yang telah disimpan) dan pro
aktif(informasi yang disimpan dalam memori merusak proses mengingat
informasi yang baru saja disimpan).
4. Teori Retrieval
Failure merupakan
proses gagal mengingat karena tidak adanya sebuah petunjuk yang memadai.
SUMBER :
Djamarah, Syaiful Bahri.
2008, Psikologi Belajar,
Jakarta: Rineka Cipta.
Mahmud, M. Dimyati. 1991. Psikologi
Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta: PBFE.
Purwanto, M. Ngalim. 1999. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suyanto, Agus. 1993. Psikologi
Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 9
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. ed. rev. Cetakan keempaat belas.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mustaqim. 2004. Psikologi
Pendidikan. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Walgito, Bimo. 1990. Pengantar
Psikologi Umum. ed. rev. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Andi Offset dit or
delete it and start blogging!
Hilary. Memory Otak.
http://hi4ry.worspress.com/. 23 Oktober 2007.
NN. Memori Jangka Pendek.
www.groups.yahoo.com. 19 September 2008.
Riyanti, D.B.P., Prabowo, H,. Puspitawati, I,. (1996) . Psikologi Umum 1: Seri Diktat Kuliah Editor:
Hendro Prabowo. Jakarta. Fakultas Psikologi Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar