Minggu, 23 November 2014

CONTOH MAKALAH MATERI MOTIVASI PSIKOLOGI

BY : GRACE AUDINA


BAB II
PEMBAHASAN
II.I Pengertian Motivasi
Huitt, W. (2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sudarwan Danim (2004 : 2), motivasi diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Maka, dapat disimpulkan bahwa motivasi ialah suatu dorongan psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motivasi berasal dari kata “motif”. Dalam bahasa Inggris disebut “motive” yang berasal dari kata “movere” atau “motion” yang artinya gerakan atau sesuatu yang bergerak. Motivasi artinya ialah istilah umum yang merujuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, perilaku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut, dan tujuan atau akhir dari pada tindakan atau perbuatan tersebut. Dalam psikologi, istilah motif pun erat hubungannya dengan “gerak”, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga perbuatan atau perilaku. Motif dalam psikologi berarti juga rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu perbuatan (action) atau perilaku (behavior).
Sebagai contoh, seseorang yang baru lulus universitas dan sedang mencari pekerjaan, maka ia sangat termotivasi dalam mencari pekerjaan itu. Sementara itu, motifnya sendiri untuk mencari kerja adalah untuk membantu orang tuanya.


II.II Teori Motivasi
Teori Hierarki Kebutuhan (Maslow)
Abraham Maslow (1943) membagi kebutuhan berdasarkan lima tingkatan yaitu:
  1. Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya).
  2. Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
  3. Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki).
  4. Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan).
  5. Kebutuhan aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
Teori Kebutuhan ERG (Alderfer)
Alderfer membagi kebutuhan berdasarkan 3 himpunan kebutuhan mulai dari yang paling nyata sampai yang tidak, yaitu: Existence (keberadaan), Relatedness (hubungan), Growth (pertumbuhan).
Menurut Aldelfer ada beberapa hukum tentang ERG:
  1. Jika Existence makin terpenuhi, maka akan makin besar kebutuhan akan Relatedness.
  2. Jika Relatedness makin terpenuhi, maka kebutuhan akan Growth makin besar untuk dipenuhi.
  3. Makin tidak terpenuhinya kebutuhan Existence, maka dorongan untuk memenuhinya semakin kuat.
  4. Makin tidak terpenuhinya kebutuhan Relatedness, maka dorongan untuk memenuhi Existence akan makin kuat.
  5. Makin terpenuhinya dorongan untuk Growth maka dorongan itu tidak akan berhenti, justru muncul makin kuat.
Teori Kebutuhan Dua Faktor (Herzberg)
Herzberg (1966) membagi kebutuhan atas 2 faktor, yaitu faktor intrinsik (Motivator) dan faktor ekstrinsik (Hygiene).
1.       Motivator yaitu pencapaian, pengakuan, tanggung jawab, kesempatan untuk maju dan kerja yang menarik.
2.       Hygiene yaitu kondisi kerja, jenis supervisi, hubungan dengan rekan kerja, gaji dan kebijakan perusahaan.
Teori Kebutuhan Berprestasi (McClelland)
Teori Kebutuhan Berprestasi atau Achievement Motivation Theory oleh Mc.Clelland yaitu:
1.     Need for achievement (kebutuhan akan prestasi).
2.     Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow).
3.     Need for Power (dorongan untuk mengatur).

Teori Atribusi (Attribution Theory)
Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang.
Fritz Heider menjelaskan bahwa perilaku manusia itu disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
  1. Faktor internal (atribusi internal), misalnya sifat, karakter, sikap, dan sebagainya.
  2. Faktor eksternal (atribusi eksternal), misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu.

II.III Jenis-jenis Motivasi
Jenis-jenis motivasi dapat dibedakan menjadi 2, berdasarkan sumbernya dan kebutuhannya, yaitu :
1.    Dilihat dari sumbernya, motivasi ada 2 yaitu :
  1. Motivasi Instrinsik, yaitu motivasi yang berada dalam diri seseorang atau dorongan atau gerakan untuk melakukan sesuatu yang tidak dipengaruhi oleh faktor lain dari luar dirinya, seperti; kebutuhan mempunyai pekerjaan atau kebutuhan untuk memperoleh teman baik.
  2. Motivasi Ekstrinsik, yaitu motivasi yang timbul pada diri seseorang akibat pengaruh dari luar dirinya, akibat hubungan dengan orang lain ataupun karena pengaruh lingkungan sekitarnya. Jadi orang itu dirangsang dari luar.
2.    Dilihat dari kebutuhan, motivasi ada 3 yaitu :
  1. Motivasi Biologis, tercakup di dalamnya adalah motivasi lapar (hunger motivation); motivasi haus (thrst motivation); motivasi seksual (sexual motivation).
  2. Motivasi sosial, termasuk di dalamnya antara lain; motivasi pencapaian (achievement motivation); dan motivasi kekuasaan (power motivation).
  3. Motivasi Aktualisasi Diri (self actualization); dan motivasi untuk bertindak efektif (effectance motivation) dalam kelompok motivasi yang membuat seseorang bertindak efektif.
II.IV Motivasi Berprestasi dan Karakteristiknya
Motivasi berprestasi ialah kemampuan untuk berprestasi diatas kemampuan orang lain. Menurut Mc Clelland, seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain. Terdapat beberapa karakteristik dari orang yang menurut Mc Clelland sebagai berprestasi tinggi, antara lain;
  1. Suka mengambil resiko yang moderat (moderate risk). Pada umumnya, nampak pada permukaan usaha, bahwa orang berpretasi tinggi mempunyai resiko yang besar. Tetapi penemuan Mc Clelland, sebagai ilustrasi, Mc Clelland melakukan percobaan labolatorium, beberapa partisipan diminta olehnya melempar lingkaran-lingkaran kawat pada pasak-pasak yang telah dipasang, pada umumnya orang-orang tersebut melempar secara acak. Kadang-kadang agak jauh, kadang-kadang dekat dengan pasak. Orang-orang uang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi lebih tinggi cara melemparnya, akan jauh berbeda dengan kebanyakan orang tersebut. Orang ini akan lebih berhati-hati mengukur jarak. Dia tidak akan terlalu dekat agar semua kawat bisa masuk ke pasak dengan mudah, dan juga tidak terlalu jauh sehingga kemungkinan meleset itu besar sekali. Dia ukur jarat sedemikian rupa, sehingga kemungkinan masuknya kawat, lebih banyak kemungkinan masuknya, dibandingkan dengan melesetnya. Orang semacam ini mau berprestasi dengan suatu resiko yang moderat, tidak terlalu besar resikonya, dan juga tidak terlampau rendah.
  2. Memerlukan umpan balik yang segera. Ciri ini amat dekat dengan karakteristik di atas. Seseorang yang mempunyai kebutuhan prestasi tinggi, pada umumnya lebih mengenangi akan semua informasi akan hasil-hasil yang dikerjakannya. Informasi yang merupakan umpan balik yang bisa memperbaiki prestasinya dikemudian hari sangat dibutuhkan oleh orang tersebut. Informasi itu akan memberikan kepadanya penjelasan bagaimana ia berusaha memperoleh hasil. Sehingga ia tahu kekurangannya, yang nantinya bisa diperbaiki untuk peningkatan prestasi berikutnya.
  3. Memperhitungkan keberhasilan. Seseorang yang berprestasi tinggi, pada umumnya hanya memperhitungkan keberhasilan prestasinya saja dan tidaj memperdulikan penghargaan-penghargan materi. Ia lebih tertarik pada materi intrinsik dari tugas yang dibebankan kepadanya sehingga menimbulkan prestasi dan sama sekali tidak mengharapkan hadiah-hadiah materi dan penghargaan lainnya atas prestasinya tersebut. Kalau dalam berprestasi kemudian mendapatkan pujian, penghargaan dan hadiah-hadiah yang melimpah, hal tersebut bukanlah karena ia mengharapkan tetapi karena orang lain atau lingkungannya yang akan menghargainya.
  4. Menyatu dengan tugas. Sekali orang yang berprestasi tinggi memilih suatu tujuan untuk dicapai, maka ia cenderung untuk menyatu dengan tugas pekerjaannya sampai ia benar-benar berhasil secara gemilang. Hal ini berarti bahwa ia bertekad akan mencapai tujuan yang telah dipilihnya dengan ketekatan hati yang bulat. Dia tidak bisa meninggalkan tugas yang selesai baru separuh perjalanan, dan dia tidak akan puah sebelum pekerjaan itu selesai seluruhnya. Tipe komitmen pada dedikasi ini memancar dari kepribadian yang teguh. Orang lain merasakan bahwa orang berprestasi tinggi seringkali tidak bersahabat (loner). Dia cenderung realistik mengenai kemampuannya dan tidak menyenangi orang lain bersama-sama dalam satu jalan dalam pencapaian suatu tujuan.
II.V Peranan Motivasi dalam Belajar
Seseorang yang sedang belajar, tentunya memiliki motivasi dalam melakukan hal tersebut. Bahkan untuk memegang pulpen atau pensilpun memiliki motivasi tersendiri. Menurut Mrs. Desmaliza, belajar ialah perubahan tingkah laku pada diri individu tersebut. Perubahan tingkah laku pada diri seorang individu, pastilah memiliki motivasi dalam melakukannya. Motivasilah yang berperan penting dalam belajar, dan terdapat beberapa peranan motivasi dalam belajar, diantaranya ialah:
  1. Membuat anak bersemangat dalam belajar.
  2. Mata pelajaran yang dulunya tidak disukai murid, bisa menjadi mata pelajaran yang paling disukainya.
  3. Anak menjadi lebih kreatif dalam belajar, misalnya menyusun jadwalnya dengan baik dan benar.
  4. Anak menjadi rajin dalam mengerjakan tugas, seperti membaca,menulis dan sebagainya.
  5. Membuat anak menjadi lebih aktif.
  6. Dengan memotivasi anak kita tidak perlu memaksakan si anak dalam belajar. Karena melalui motifasi yang baik dan benar dengan sendirinya si anak akan belajar karena didorong oleh motivasi.
  7. Guru tidak perlu menggunakan kekerasan dalam menyuruh anak untuk belajar, cukup dengan memotivasi anak tersebut.
  8. Tanpa di awasi oleh guru atau pun orang tua si anak dapat belajar dengan baik.
  9. Dengan motivasi siswa akan mengetahui dengan jelas makna dalam belajar.
  10. Anak akan lebih fokus dalam mengembangkan kemampuannya atau pun bakatnya.
  11. Anak akan mengurangi sikap yang kurang menguntungkan atau kurang baik, misalnya bermain atau menonton tv.
  12. Anak yang gagal mengerjakan sesuatu, tidak akan menyerah dan mencobanya lagi dengan adanya dorongan motivasi (pantang menyerah).
II.VI Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Sebagai guru, kita akan menjadi motivator para siswa dalam belajar. Menurut Mr. Fauzi ( Dosen Ilmu Pendidikan di semester 1, UMT ), “guru ialah motivator, namun motivator belum tentu seorang guru”. Terkadang, setiap guru memiliki cara tertentu dalam memotivasi para siswa mereka, seperti memberikan penghargaan kepada mereka yang aktif ataupun memberikan nasihat-nasihat motivasi. Berikut ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, yaitu:
  1. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, maka akan semakin kuat motivasi nbelajar siswa (Sanjaya, 2009:29). Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
  1. Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh karena itu, mengembangkan minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi belajar (Sanjaya, 2009:29). Salah satu cara yang logis untuk momotivasi siswa dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman belajar dengan minat siswa (Djiwandono, 2006:365)
  1. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
  1. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
Guru harus mampu menyajikan informasi dengan menarik, dan asing bagi siswa-siswa. Sesuatu informasi yang disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang bagus didukung oleh alat-alat berupa sarana atau media yang belum pernah dikenal oleh siswa sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi mereka untuk belajar (Yamin, 2009:174). Misalnya, untuk membangkitkan minat belajar siswa dapat dilakukan dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstrasi, komputer, simulasi, permaianan peran, belajar melalui radio, karya wiasata, dan lainnya (Anni, dkk., 2006:186-187 : Hamalik, 2009:168).
  1. Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa merasa dihargai. Dalam pembelajaran, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Sanjaya, 2009:30 ; Hamalik, 2009:167). Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat. Pujian yang baik adalah pujian yang keluar dari hati seoarang guru secara wajar dengan maksud untuk memberikan penghargaan kepada siswa atas jerih payahnya dalam belajar (Djamarah dan Zain, 2006:152).
  1. Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing (Sanjaya, 2009:31).
7.               Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
Siswa butuh penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar yang positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “ bagus” atau “teruskan pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa (Sanjaya, 2009:21). Seperti pengalaman Mrs. Desmaliza, yaitu selalu mendapat komentar pada lembar tugasnya, hal itu termasuk motivasi yang sangat bermanfaat. Tetapi, pemberian celaan kurang menumbuhkan motivasi dalam belajar. Bahkan menimbulkan efek psikologis yang lebih jelek.
  1. Ciptakan persaingan dan kerjasama
Persaingan yang sehat dapat menumbuhkan pengaruh yang baik untuk keberhasilan proses pemebelajaran siswa. Melalui persaingan siswa dimungkinkan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memperoleh hasil yang terbaik (Sanjaya, 2009:31). Oleh sebab itu, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing baik antar kelompok maupun antar individu. Contohnya seperti metode pembelajaran Mata Kuliah Speaking 2 yang menggunakan metode pro-kontra disetiap minggunya.

SUMBER :
Sarwono W. Sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Raja Grafindo Persada: Jakarta.
Handoko, H.T. (2003). Manajemen , Edisi Kedua. Yogyakarta BPFE: Yogyakarta.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar