BAB
II
PEMBAHASAN
II.I
Pengertian Motivasi
Huitt, W.
(2001) mengatakan motivasi adalah suatu kondisi atau status internal (kadang-kadang
diartikan sebagai kebutuhan, keinginan, atau hasrat) yang mengarahkan perilaku
seseorang untuk aktif bertindak dalam rangka mencapai suatu tujuan. Thursan Hakim (2000 : 26) mengemukakan
pengertian motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang
melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut Sudarwan Danim (2004 : 2), motivasi
diartikan sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau
mekanisme psikologis yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk
mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Maka, dapat
disimpulkan bahwa motivasi ialah suatu dorongan psikologis yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu.
Motivasi berasal dari kata
“motif”. Dalam bahasa Inggris disebut “motive” yang berasal dari kata “movere”
atau “motion” yang artinya gerakan atau sesuatu yang bergerak. Motivasi artinya
ialah istilah umum yang merujuk kepada seluruh proses gerakan itu, termasuk
situasi yang mendorong, dorongan yang timbul dalam diri individu, perilaku yang
ditimbulkan oleh situasi tersebut, dan tujuan atau akhir dari pada tindakan
atau perbuatan tersebut. Dalam psikologi, istilah motif pun erat hubungannya
dengan “gerak”, yaitu gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga
perbuatan atau perilaku. Motif dalam psikologi berarti juga rangsangan,
dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu perbuatan (action) atau perilaku (behavior).
Sebagai
contoh, seseorang yang baru lulus universitas dan sedang mencari pekerjaan,
maka ia sangat termotivasi dalam mencari pekerjaan itu. Sementara itu, motifnya
sendiri untuk mencari kerja adalah untuk membantu orang tuanya.
II.II
Teori Motivasi
Teori Hierarki Kebutuhan (Maslow)
Abraham Maslow (1943) membagi kebutuhan berdasarkan
lima tingkatan yaitu:
- Kebutuhan fisiologis (rasa
lapar, rasa haus, dan sebagainya).
- Kebutuhan rasa aman (merasa
aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
- Kebutuhan akan rasa cinta dan
rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki).
- Kebutuhan akan penghargaan
(berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan).
- Kebutuhan
aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan
menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan;
kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari
potensinya).
Teori
Kebutuhan ERG (Alderfer)
Alderfer membagi kebutuhan berdasarkan 3 himpunan
kebutuhan mulai dari yang paling nyata sampai yang tidak, yaitu: Existence
(keberadaan), Relatedness (hubungan), Growth (pertumbuhan).
Menurut Aldelfer ada beberapa hukum tentang ERG:
- Jika Existence makin terpenuhi,
maka akan makin besar kebutuhan akan Relatedness.
- Jika Relatedness makin
terpenuhi, maka kebutuhan akan Growth makin besar untuk dipenuhi.
- Makin tidak terpenuhinya
kebutuhan Existence, maka dorongan untuk memenuhinya semakin kuat.
- Makin tidak terpenuhinya
kebutuhan Relatedness, maka dorongan untuk memenuhi Existence akan makin
kuat.
- Makin
terpenuhinya dorongan untuk Growth maka dorongan itu tidak akan berhenti,
justru muncul makin kuat.
Teori
Kebutuhan Dua Faktor (Herzberg)
Herzberg (1966) membagi kebutuhan atas 2 faktor, yaitu
faktor intrinsik (Motivator) dan faktor ekstrinsik (Hygiene).
1.
Motivator yaitu pencapaian, pengakuan, tanggung jawab,
kesempatan untuk maju dan kerja yang menarik.
2.
Hygiene yaitu kondisi kerja, jenis supervisi, hubungan
dengan rekan kerja, gaji dan kebijakan perusahaan.
Teori Kebutuhan Berprestasi (McClelland)
Teori Kebutuhan Berprestasi atau Achievement
Motivation Theory oleh Mc.Clelland yaitu:
1. Need for
achievement (kebutuhan akan prestasi).
2. Need for
afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya
Maslow).
3. Need for
Power (dorongan untuk mengatur).
Teori
Atribusi (Attribution Theory)
Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan
tentang perilaku seseorang.
Fritz Heider menjelaskan bahwa perilaku manusia itu
disebabkan oleh 2 faktor yaitu:
- Faktor internal (atribusi
internal), misalnya sifat, karakter, sikap, dan sebagainya.
- Faktor eksternal (atribusi
eksternal), misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang memaksa
seseorang melakukan perbuatan tertentu.
II.III Jenis-jenis Motivasi
Jenis-jenis motivasi dapat dibedakan menjadi 2,
berdasarkan sumbernya dan kebutuhannya, yaitu :
1. Dilihat dari sumbernya, motivasi ada 2 yaitu :
- Motivasi Instrinsik, yaitu
motivasi yang berada dalam diri seseorang atau dorongan atau gerakan untuk
melakukan sesuatu yang tidak dipengaruhi oleh faktor lain dari luar
dirinya, seperti; kebutuhan mempunyai pekerjaan atau kebutuhan untuk
memperoleh teman baik.
- Motivasi Ekstrinsik, yaitu
motivasi yang timbul pada diri seseorang akibat pengaruh dari luar
dirinya, akibat hubungan dengan orang lain ataupun karena pengaruh
lingkungan sekitarnya. Jadi orang itu dirangsang dari luar.
2. Dilihat dari kebutuhan, motivasi ada 3 yaitu :
- Motivasi Biologis, tercakup di
dalamnya adalah motivasi lapar (hunger motivation); motivasi haus (thrst
motivation); motivasi seksual (sexual motivation).
- Motivasi sosial, termasuk di
dalamnya antara lain; motivasi pencapaian (achievement motivation); dan
motivasi kekuasaan (power motivation).
- Motivasi Aktualisasi Diri (self
actualization); dan motivasi untuk bertindak efektif (effectance
motivation) dalam kelompok motivasi yang membuat seseorang bertindak efektif.
II.IV Motivasi Berprestasi dan Karakteristiknya
Motivasi berprestasi ialah kemampuan untuk berprestasi
diatas kemampuan orang lain. Menurut Mc Clelland, seseorang dianggap memiliki motivasi untuk berprestasi
jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya berprestasi lebih baik
dari prestasi karya orang lain. Terdapat beberapa karakteristik dari orang yang
menurut Mc Clelland sebagai berprestasi tinggi, antara lain;
- Suka mengambil resiko yang
moderat (moderate risk). Pada umumnya, nampak pada permukaan usaha, bahwa
orang berpretasi tinggi mempunyai resiko yang besar. Tetapi penemuan Mc
Clelland, sebagai ilustrasi, Mc Clelland melakukan percobaan labolatorium,
beberapa partisipan diminta olehnya melempar lingkaran-lingkaran kawat
pada pasak-pasak yang telah dipasang, pada umumnya orang-orang tersebut
melempar secara acak. Kadang-kadang agak jauh, kadang-kadang dekat dengan
pasak. Orang-orang uang mempunyai kebutuhan untuk berprestasi lebih tinggi
cara melemparnya, akan jauh berbeda dengan kebanyakan orang tersebut.
Orang ini akan lebih berhati-hati mengukur jarak. Dia tidak akan terlalu
dekat agar semua kawat bisa masuk ke pasak dengan mudah, dan juga tidak
terlalu jauh sehingga kemungkinan meleset itu besar sekali. Dia ukur jarat
sedemikian rupa, sehingga kemungkinan masuknya kawat, lebih banyak
kemungkinan masuknya, dibandingkan dengan melesetnya. Orang semacam ini
mau berprestasi dengan suatu resiko yang moderat, tidak terlalu besar
resikonya, dan juga tidak terlampau rendah.
- Memerlukan umpan balik yang
segera. Ciri ini amat dekat dengan karakteristik di atas. Seseorang yang
mempunyai kebutuhan prestasi tinggi, pada umumnya lebih mengenangi akan
semua informasi akan hasil-hasil yang dikerjakannya. Informasi yang
merupakan umpan balik yang bisa memperbaiki prestasinya dikemudian hari
sangat dibutuhkan oleh orang tersebut. Informasi itu akan memberikan
kepadanya penjelasan bagaimana ia berusaha memperoleh hasil. Sehingga ia
tahu kekurangannya, yang nantinya bisa diperbaiki untuk peningkatan prestasi
berikutnya.
- Memperhitungkan keberhasilan.
Seseorang yang berprestasi tinggi, pada umumnya hanya memperhitungkan
keberhasilan prestasinya saja dan tidaj memperdulikan
penghargaan-penghargan materi. Ia lebih tertarik pada materi intrinsik
dari tugas yang dibebankan kepadanya sehingga menimbulkan prestasi dan
sama sekali tidak mengharapkan hadiah-hadiah materi dan penghargaan
lainnya atas prestasinya tersebut. Kalau dalam berprestasi kemudian
mendapatkan pujian, penghargaan dan hadiah-hadiah yang melimpah, hal
tersebut bukanlah karena ia mengharapkan tetapi karena orang lain atau
lingkungannya yang akan menghargainya.
- Menyatu dengan tugas. Sekali
orang yang berprestasi tinggi memilih suatu tujuan untuk dicapai, maka ia
cenderung untuk menyatu dengan tugas pekerjaannya sampai ia benar-benar
berhasil secara gemilang. Hal ini berarti bahwa ia bertekad akan mencapai
tujuan yang telah dipilihnya dengan ketekatan hati yang bulat. Dia tidak
bisa meninggalkan tugas yang selesai baru separuh perjalanan, dan dia tidak
akan puah sebelum pekerjaan itu selesai seluruhnya. Tipe komitmen pada
dedikasi ini memancar dari kepribadian yang teguh. Orang lain merasakan
bahwa orang berprestasi tinggi seringkali tidak bersahabat (loner). Dia
cenderung realistik mengenai kemampuannya dan tidak menyenangi orang lain
bersama-sama dalam satu jalan dalam pencapaian suatu tujuan.
II.V Peranan Motivasi dalam Belajar
Seseorang yang sedang belajar, tentunya memiliki
motivasi dalam melakukan hal tersebut. Bahkan untuk memegang pulpen atau pensilpun
memiliki motivasi tersendiri. Menurut Mrs.
Desmaliza, belajar ialah perubahan tingkah laku pada diri individu
tersebut. Perubahan tingkah laku pada diri seorang individu, pastilah memiliki
motivasi dalam melakukannya. Motivasilah yang berperan penting dalam belajar,
dan terdapat beberapa peranan motivasi dalam belajar, diantaranya ialah:
- Membuat anak bersemangat dalam
belajar.
- Mata pelajaran yang dulunya
tidak disukai murid, bisa menjadi mata pelajaran yang paling disukainya.
- Anak menjadi lebih kreatif
dalam belajar, misalnya menyusun jadwalnya dengan baik dan benar.
- Anak menjadi rajin dalam
mengerjakan tugas, seperti membaca,menulis dan sebagainya.
- Membuat anak menjadi lebih
aktif.
- Dengan memotivasi anak kita
tidak perlu memaksakan si anak dalam belajar. Karena melalui motifasi yang
baik dan benar dengan sendirinya si anak akan belajar karena didorong oleh
motivasi.
- Guru tidak perlu menggunakan
kekerasan dalam menyuruh anak untuk belajar, cukup dengan memotivasi anak
tersebut.
- Tanpa di awasi oleh guru atau
pun orang tua si anak dapat belajar dengan baik.
- Dengan motivasi siswa akan
mengetahui dengan jelas makna dalam belajar.
- Anak akan lebih fokus dalam
mengembangkan kemampuannya atau pun bakatnya.
- Anak akan mengurangi sikap yang
kurang menguntungkan atau kurang baik, misalnya bermain atau menonton tv.
- Anak yang gagal mengerjakan
sesuatu, tidak akan menyerah dan mencobanya lagi dengan adanya dorongan
motivasi (pantang menyerah).
II.VI Usaha Guru dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
Sebagai guru, kita akan menjadi motivator para siswa
dalam belajar. Menurut Mr. Fauzi (
Dosen Ilmu Pendidikan di semester 1, UMT ), “guru ialah motivator, namun
motivator belum tentu seorang guru”. Terkadang, setiap guru memiliki cara
tertentu dalam memotivasi para siswa mereka, seperti memberikan penghargaan
kepada mereka yang aktif ataupun memberikan nasihat-nasihat motivasi. Berikut
ini dikemukakan beberapa petunjuk untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,
yaitu:
- Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang jelas dapat membuat
siswa paham kearah mana ia ingin dibawa. Pemahaman siswa terhadap tujuan
pembelajaran dapat menumbuhkan minat siswa untuk belajar yang pada gilirannya
dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. Semakin jelas tujuan yang ingin
dicapai, maka akan semakin kuat motivasi nbelajar siswa (Sanjaya, 2009:29).
Oleh sebab itu, sebelum proses pembelajaran dimulai hendaknya guru menjelaskan
terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai.
- Membangkitkan minat siswa
Siswa akan terdorong untuk belajar
manakala mereka memiliki minat untuk belajar. Oleh karena itu, mengembangkan
minat belajar siswa merupakan salah satu teknik dalam mengembangkan motivasi
belajar (Sanjaya, 2009:29). Salah satu cara yang logis untuk momotivasi siswa
dalam pembelajaran adalah mengaitkan pengalaman belajar dengan minat siswa
(Djiwandono, 2006:365)
- Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam
belajar
Siswa hanya mungkin dapat belajar
baik manakala ada dalam suasana yang menyenangkan, merasa aman, bebas dari
takut. Usahakan agar kelas selamanya dalam suasana hidup dan segar, terbebas
dari rasa tegang. Untuk itu guru sekali-kali dapat melakukan hal-hal yang lucu.
- Menggunakan variasi metode penyajian yang
menarik
Guru harus mampu menyajikan
informasi dengan menarik, dan asing bagi siswa-siswa. Sesuatu informasi yang
disampaikan dengan teknik yang baru, dengan kemasan yang bagus didukung oleh
alat-alat berupa sarana atau media yang belum pernah dikenal oleh siswa
sebelumnya sehingga menarik perhatian bagi mereka untuk belajar (Yamin,
2009:174). Misalnya, untuk membangkitkan minat belajar siswa dapat dilakukan
dengan cara pemutaran film, mengundang pembicara tamu, demonstrasi, komputer,
simulasi, permaianan peran, belajar melalui radio, karya wiasata, dan lainnya
(Anni, dkk., 2006:186-187 : Hamalik, 2009:168).
- Berilah pujian yang wajar setiap keberhasilan
siswa
Motivasi akan tumbuh manakala siswa
merasa dihargai. Dalam pembelajaran, pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat
motivasi. Karena anak didik juga manusia, maka dia juga senang dipuji. Karena
pujian menimbulkan rasa puas dan senang (Sanjaya, 2009:30 ; Hamalik, 2009:167).
Jangan memuji secara berlebihan karena akan terkesan dibuat-buat. Pujian yang
baik adalah pujian yang keluar dari hati seoarang guru secara wajar dengan
maksud untuk memberikan penghargaan kepada siswa atas jerih payahnya dalam
belajar (Djamarah dan Zain, 2006:152).
- Berikan penilaian
Banyak siswa yang belajar karena
ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu mereka belajar dengan giat. Bagi
sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat untuk belajar. Oleh
karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa secepat mungkin
mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif sesuai
dengan kemampuan siswa masing-masing (Sanjaya, 2009:31).
7.
Berilah komentar terhadap
hasil pekerjaan siswa
Siswa butuh
penghargaan. Penghargaan bisa dilakukan dengan memberikan komentar yang
positif. Setelah siswa selesai mengerjakan suatu tugas, sebaiknya berikan
komentar secepatnya, misalnya dengan memberikan tulisan “ bagus” atau “teruskan
pekerjaanmu” dan lain sebagainya. Komentar yang positif dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa (Sanjaya, 2009:21). Seperti pengalaman Mrs. Desmaliza,
yaitu selalu mendapat komentar pada lembar tugasnya, hal itu termasuk motivasi
yang sangat bermanfaat. Tetapi, pemberian celaan kurang menumbuhkan motivasi
dalam belajar. Bahkan menimbulkan efek psikologis yang lebih jelek.
- Ciptakan persaingan dan kerjasama
SUMBER :
Sarwono W. Sarlito. 2010. Pengantar Psikologi Umum. Raja Grafindo
Persada: Jakarta.
Handoko,
H.T. (2003). Manajemen , Edisi Kedua.
Yogyakarta BPFE: Yogyakarta.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Kencana Prenada Media Group: Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar