BAB
I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Islam merupakan salah satu agama besar di
dunia saat ini. Agama ini lahir dan berkembang di Tanah Arab. Pendirinya
ialah Nabi Muhammad .
Agama ini lahir salah satunya sebagai reaksi atas rendahnya moral manusia pada
saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang rendah dan
kebodohan (jahiliah). Mereka sudah tidak lagi mengindahkan ajaran-ajaran
nabi-nabi sebelumnya. Hal itu menyebabkan manusia berada pada titik terendah.
Penyembahan berhala, pembunuhan, perzinahan, dan tindakan rendah lainnya
merajalela.
Islam mulai disiarkan sekitar tahun 612 di
Mekkah. Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari lingkungannya,
Nabi Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun 622. Dari sinilah
Islam berkembang ke seluruh dunia.
Nabi Muhammad mendirikan wilayah
kekuasaannya di Madinah. Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam. Nabi
Muhammad kemudian berusaha menyebarluaskan Islam dengan memperluas wilayahnya.
Setelah Nabi Muhammad wafat pada tahun 632, proses menyebarluaskan Islam
dilanjutkan oleh para kalifah yang ditunjuk Nabi SAW.
Sampai tahun 750, wilayah Islam telah
meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia, Mesir,
Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah -daerah
di Asia Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibu
kota Damaskus. Pada tahun 750, Bani Umayyah dikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang
kemudian memerintah sampai tahun 1258 dengan ibu kota di Baghdad. Pada masa
ini, tidak banyak dilakukan perluasan wilayah kekuasaan. Konsentrasi lebih pada
pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban Islam. Baghdad menjadi
pusat perdagangan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Setelah pemerintahan Bani Abbasiyah,
kekuasaan Islam terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyak wilayah yang
memisahkan diri. Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secara perorangan. Agama
ini dapat berkembang dengan cepat karena Islam mengatur hubungan manusia dan
TUHAN. Islam disebarluaskan tanpa paksaan kepada setiap orang untuk memeluknya.
I.II
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Islam masuk ke Indonesia?
2. Siapakah yang membawa Agama Islam pertama kali ke Indonesia?
3. Melalui jalur apa sajakah Islam dapat masuk ke Indonesia?
4. Bagaimana reaksi rakyat Indonesia dengan adanya agama islam?
5. Bagimana islam dapat diterima oleh rakyat Indonesia?
I.III
Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini ialah :
1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Al Islam.
2. Menambah wawasan mengenai bagaimana agama islam dapat masuk ke
negara sendiri.
3. Membagikan ilmu kepada para pembaca mengenai agama islam di
Indonesia.
I.IV Metode
Metode yang kami gunakan dalam
pembuatan makalah ini, yakni melalui media seperti buku, internet dan
video-video youtube yang berhubungan dengan materi makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah mencatat bahwa kaum pedagang
memegang peranan penting dalam persebaran agama dan kebudayaan Islam. Letak
Indonesia yang strategis menyebabkan timbulnya bandar-bandar perdagangan yang
turut membantu mempercepat persebaran tersebut. Di samping itu, cara lain yang
turut berperan ialah melalui dakwah yang dilakukan para mubaligh.
II.I Peranan Kaum Pedagang
Seperti halnya penyebaran agama
Hindu-Buddha, kaum pedagang memegang
peranan penting dalam proses penyebaran agama Islam, baik pedagang dari
luar Indonesia
maupun para pedagang Indonesia . Para pedagang itu datang dan berdagang di
pusat-pusat perdagangan di daerah pesisir. Malaka merupakan pusat transit para
pedagang. Di samping itu, bandar-bandar di sekitar Malaka seperti Perlak dan
Samudra Pasai juga didatangi para pedagang.
Mereka tinggal di tempat-tempat tersebut
dalam waktu yang lama, untuk menunggu datangnya angin musim. Pada saat menunggu
inilah, terjadi pembauran antar-pedagang dari berbagai bangsa serta antara
pedagang dan penduduk setempat. Terjadilah kegiatan saling memperkenalkan adat-istiadat,
budaya bahkan agama. Bukan hanya melakukan perdagangan, bahkan juga terjadi
asimilasi melalui perkawinan.
Di antara para pedagang tersebut, terdapat
pedagang Arab, Persia, dan Gujarat yang umumnya beragama Islam. Mereka
mengenalkan agama dan budaya Islam
kepada para pedagang lain maupun kepada penduduk setempat. Maka, mulailah ada
penduduk Indonesia yang memeluk agama Islam. Lama-kelamaan penganut agama Islam
makin banyak. Bahkan kemudian berkembang perkampungan para pedagang Islam
di daerah pesisir.
Penduduk setempat yang telah memeluk agama
Islam kemudian menyebarkan Islam kepada sesama pedagang, juga kepada sanak
familinya. Akhirnya, Islam mulai berkembang dimasyarakat Indonesia.
Di samping itu para pedagang dan pelayar tersebut juga ada yang menikah dengan
penduduk setempat sehingga lahirlah keluarga dan anak-anak yang Islam.
Hal ini berlangsung terus selama
bertahun-tahun sehingga akhirnya muncul sebuah komunitas Islam, yang setelah
kuat akhirnya membentuk sebuah pemerintahaan Islam. Dari situlah lahir
kesultanan-kesultanan Islam di Nusantara.
II.II Peranan Bandar-Bandar di
Indonesia
Bandar merupakan tempat berlabuh
kapal-kapal atau persinggahan kapal-kapal dagang.
Bandar juga merupakan pusat perdagangan, bahkan juga digunakan sebagai tempat
tinggal para pengusaha perkapalan .
Sebagai negara kepulauan yang terletak pada jalur perdagangan internasional,
Indonesia memiliki banyak bandar. Bandar-bandar ini memiliki peranan dan arti
yang penting dalam proses masuknya Islam ke Indonesia.
Di bandar-bandar inilah para pedagang
beragama Islam memperkenalkan Islam kepada para pedagang lain ataupun kepada
penduduk setempat. Dengan demikian, bandar menjadi pintu masuk dan pusat
penyebaran agama Islam ke
Indonesia. Kalau kita lihat letak geografis kota-kota pusat kerajaan yang
bercorak Islam pada umunya terletak di pesisir-pesisir dan muara sungai.
Dalam perkembangannya, bandar-bandar
tersebut umumnya tumbuh menjadi kota bahkan
ada yang menjadi kerajaan, seperti Perlak, Samudra Pasai, Palembang, Banten,
Sunda Kelapa, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa,
Ternate, dan Tidore. Banyak pemimpin bandar yang memeluk agama Islam.
Akibatnya, rakyatnya pun kemudian banyak memeluk agama Islam.
Peranan bandar-bandar sebagai pusat
perdagangan dapat kita lihat jejaknya. Para pedagang di dalam kota mempunyai
perkampungan sendiri-sendiri yang penempatannya ditentukan atas persetujuan
dari penguasa kota tersebut, misalnya di Aceh, terdapat perkampungan orang
Portugis, Benggalu Cina, Gujarat, Arab, dan Pegu.
Begitu juga di Banten dan kota-kota pasar
kerajaan lainnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kota-kota pada
masa pertumbuhan dan perkembangan Islam memiliki ciri-ciri yang hampir sama
antara lain letaknya di pesisir, ada pasar, ada masjid, ada perkampungan, dan
ada tempat para penguasa (sultan).
II.III Peranan Para Wali dan Ulama
Salah satu cara penyebaran agama Islam ialah
dengan cara mendakwah. Di samping sebagai pedagang, para pedagang Islam juga
berperan sebagai mubaligh. Ada juga para mubaligh yang datang bersama pedagang
dengan misi agamanya. Penyebaran Islam melalui dakwah ini berjalan dengan cara
para ulama mendatangi masyarakat objek dakwah, dengan menggunakan pendekatan
sosial budaya. Pola ini memakai bentuk akulturasi, yaitu menggunakan jenis
budaya setempat yang dialiri dengan ajaran Islam di dalamnya. Di samping itu,
para ulama ini juga mendirikan pesantren-pesantren sebagai sarana pendidikan Islam.
Di Pulau Jawa, penyebaran agama Islam
dilakukan oleh Walisongo (9 wali).
Wali ialah orang yang sudah mencapai tingkatan tertentu dalam mendekatkan diri
kepada Allah. Para wali ini dekat dengan kalangan istana. Merekalah orang yang
memberikan pengesahan atas sah tidaknya seseorang naik tahta. Mereka juga
adalah penasihat sultan.
Karena dekat dengan kalangan istana,
mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi).
Kesembilan wali tersebut adalah seperti berikut.
(1) Sunan Gresik (Maulana Malik
Ibrahim). Inilah wali yang pertama datang ke Jawa pada abad ke-13 dan
menyiarkan Islam di sekitar Gresik .
Dimakamkan di Gresik, Jawa Timur.
(2) Sunan Ampel (Raden Rahmat).
Menyiarkan Islam di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Beliau merupakan perancang
pembangunan Masjid Demak.
(3) Sunan Derajad (Syarifudin).
Anak dari Sunan Ampel. Menyiarkan agama di
sekitar Surabaya. Seorang sunan yang sangat berjiwa sosial .
(4) Sunan Bonang (Makdum Ibrahim). Anak
dari Sunan Ampel. Menyiarkan Islam di Tuban, Lasem, dan Rembang. Sunan yang sangat
bijaksana.
(5) Sunan Kalijaga (Raden Mas
Said/Jaka Said). Murid Sunan Bonang. Menyiarkan Islam di Jawa Tengah.
Seorang pemimpin, pujangga, dan filosof. Menyiarkan agama dengan cara
menyesuaikan dengan lingkungan setempat.
(6) Sunan Giri (Raden Paku). Menyiarkan
Islam di luar Jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan
agama dengan metode bermain.
(7) Sunan Kudus (Jafar Sodiq).
Menyiarkan Islam di Kudus, Jawa Tengah. Seorang ahli seni bangunan. Hasilnya
ialah Masjid dan Menara Kudus.
(8) Sunan Muria (Raden Umar Said).
Menyiarkan Islam di lereng Gunung Muria, terletak antara Jepara dan Kudus, Jawa
Tengah. Sangat dekat dengan rakyat jelata.
(9) Sunan Gunung Jati (Syarif
Hidayatullah). Menyiarkan Islam di Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Seorang pemimpin berjiwa besar.
II.IV Kapan dan dari mana Islam
Masuk ke Indonesia
Sejarah mencatat bahwa sejak awal Masehi,
pedagang-pedagang dari India dan Cina sudah memiliki hubungan dagang dengan
penduduk Indonesia. Namun demikian, kapan tepatnya Islam hadir di Nusantara?
Masuknya Islam ke Indonesia
menimbulkan berbagai teori. Meski terdapat beberapa pendapat mengenai
kedatangan agama Islam di Indonesia, banyak ahli sejarah cenderung percaya
bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke-7 berdasarkan Berita Cina zaman
Dinasti Tang. Berita itu mencatat bahwa pada abad ke-7, terdapat permukiman
pedagang muslim dari Arab di Desa Baros, daerah pantai barat Sumatra Utara.
Abad ke-13 Masehi lebih menunjuk pada
perkembangan Islam bersamaan dengan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia. Pendapat ini berdasarkan catatan perjalanan
Marco Polo yang menerangkan bahwa ia
pernah singgah di Perlak pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang
telah menganut agama Islam.
Bukti yang turut memperkuat pendapat ini ialah ditemukannya nisan makam
Raja Samudra Pasai, Sultan Malik
al-Saleh yang berangka tahun 1297.
Jika diurutkan dari barat ke timur, Islam
pertama kali masuk di Perlak, bagian utara Sumatra. Hal ini menyangkut
strategisnya letak Perlak, yaitu di daerah Selat Malaka, jalur laut perdagangan
internasional dari barat ke timur. Berikutnya ialah Kerajaan Samudra Pasai.
Di Jawa, Islam masuk melalui pesisir utara
Pulau Jawa ditandai dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun bin Hibatullah yang wafat pada tahun 475
Hijriah atau 1082 Masehi di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari
namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatullah, salah satu dinasti
di Persia. Di samping itu, di Gresik juga ditemukan makam Malik Ibrahim dari Kasyan (satu tempat di Persia) yang meninggal
pada tahun 822 H atau 1419 M. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan
ratusan kubur Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan
makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit.
Di Kalimantan, Islam masuk melalui
Pontianak yang disiarkan oleh bangsawan Arab bernama Sultan Syarif Abdurrahman pada abad ke-18. Di hulu Sungai Pawan, di
Ketapang, Kalimantan Barat ditemukan pemakaman Islam kuno. Angka tahun yang
tertua pada makam-makam tersebut adalah tahun 1340 Saka (1418 M). Jadi, Islam
telah ada sebelum abad ke-15 dan diperkirakan berasal dari Majapahit karena
bentuk makam bergaya Majapahit dan berangka tahun Jawa kuno. Di Kalimantan
Timur, Islam masuk melalui Kerajaan Kutai yang dibawa oleh dua orang penyiaragama dari
Minangkabau yang bernama Tuan Haji
Bandang dan Tuan Haji Tunggangparangan. Di Kalimantan Selatan, Islam masuk
melalui Kerajaan Banjar yang disiarkan oleh Dayyan, seorang khatib (ahli
khotbah) dari Demak. Di Kalimantan Tengah, bukti kedatanganIslam ditemukan
pada masjid Ki Gede di Kotawaringin yang bertuliskan angka tahun 1434 M.
Di Sulawesi, Islam masuk melalui raja dan
masyarakat Gowa-Tallo. Hal masuknya Islam ke Sulawesi ini tercatat pada Lontara
Bilang. Menurut catatan tersebut, raja pertama yang memeluk Islam ialah Kanjeng Matoaya, raja keempat dari
Tallo yang memeluk Islam pada tahun 1603. Adapun penyiar agama Islam di
daerah ini berasal antara lain dari Demak, Tuban, Gresik ,
Minangkabau, bahkan dari Campa. Di Maluku, Islam masuk melalui bagian utara,
yakni Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Diperkirakan Islam di daerah ini
disiarkan oleh keempat ulama dari Irak, yaitu Syekh Amin, Syekh Mansyur, Syekh Umar, dan Syekh Yakub pada abad ke-8.
II.V Saluran Penyebaran Agama Islam Di
Indonesia
Dalam penyebaran Islam
di Indonesia terdapat beberapa cara atau metode yang dipergunakan, antara lain
yaitu:
1. Perdagangan
Pada tahap awal, saluran
yang dipergunakan dalam proses islamisasi di Indonesia adalah perdagangan. Hal
ini dapat diketahui melalui adanya kesibukan lalulintas perdagangan pada abad
ke-7 M hingga abad ke-16 M yang melibatkan banyak bangsa-bangsa di dunia,
termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina, dan sebagainya. Mereka turut ambil
bagian dalam perdagangan di negri-negri bagian Barat, Tenggara, dan Timur Benua
Asia. Pada beberapa tempat, para penguasa jawa yang menjabat sebagai
bupati-bupati majapahit yang ditempatkan di pesisir pulau Jawa banyak yang
masuk Islam.
Hubungan perdagangan ini
dimanfaatkan oleh para pedagang muslim sebagai sarana atau media dakwah. Sebab
dalam islam setiap muslim memiliki kewajiban untuk menyebarkan ajaran islam
kepada siapa saja dengan tanpa paksaan. Oleh karena itu ketika penduduk
nusantara banyak yang berinteraksi dengan para pedagang muslim, dan
keterlibatan mereka semakin jauh dalam aktivitas perdagangan, banyak diantara
mereka yang memeluk islam. Karena pada saat itu jalur-jalur strategis
perdagangan internasional hamper sebagian besar dikuasai oleh para pedagang
muslim. Oleh karena itu bila para penguasa local di Indonesia ingin terlibat
jauh dengan perdagangan internasional, maka mereka harus berperan aktif dalam
perdagangan internasional dan harus sering berinteraksi dengan para pedagang
muslim.
2. Perkawinan
Dari aspek ekonomi, para
pedagang muslim memiliki status sosial ekonomi yang lebih baik dari kebanyakan
penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan para penduduk pribumi terutama para
wanita yang tertarik untuk manjadi istri para saudagar muslim. Hanya saja ada
ketentuan hukum islam, bahwa para wanita yang akan dinikahi harus di islamkan
terlebih dahulu.
3. Pendidikan
Pada lembaga inilah para
ulama memberikan pengajaran keilmuan islam melalui berbagai pendekatan sampai
kemudian kepada para santri yang mempelajari keilmuan islam mampu menyerap ilmu
keagamaan dengan baik. Lembaga pendidikan ini tidak membedakan status sosial
dan kelas, siapa saja yang berkeinginan mempelajari atau memperdalam islam,
diperbolehkan memasuki lembaga ini.
Dengan cara ini, maka agama islam terus
tersebar ke seluruh penjuru nusantara hingga akhirnya banyak penduduk Indonesia
yang menjadi muslim.
4. Tasawuf
Pada umumnya para
pengajar tasawuf adalah guru-guru pengembara dengan suka rela. Dengan tasawuf,
bentuk islam yang diajarkan kepada para penduduk pribumi mempunyai persamaan
dengan alam pemikiran mereka yang sebelumnya memeluk hindu, sehingga ajaran
islam dengan mudah mereka terima.
5. Kesenian
Saluran islamisasi
melalui kesenian yang paling terkenal adalah wayang. Seperti diketahui bahwa
Sunan Kalijogo adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia
tidak pernah meminta upah materi akan tetapi Sunan Kalijogo hanya meminta
kepada para penonton untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
Selain wayang, media
yang dipergunakan dalam penyebaran islam di Indonesia adalah seni bangunan,
seni pahat atau seni ukir, seni tari, seni music, dan seni sastra.
BAB III
PENUTUP
Bagaimanapun cara Islam
masuk ke negara kita yang tercinta ini, itu adalah hal baik. Islam adalah agama
paling baik dan satu-satunya yang diridhai Allah. Taatilah perintahNya dan
jauhilah larangannya. Indonesia merupakan negara yang masih banyak hal-hal
mistis dan berbau ritual. Namun jangan sampai melakukan hal-hal syirik dan
jangan menyatukan agama islam dengan ritual yang dapat mencoreng citra baik
islam. Taatilah sunah Rasul sebagaimana rasul anjurkan.
III.I Kesimpulan
Islam datang dengan
berbagai cara dan berbagai budaya. Datang dengan damai dan tidak ada paksaan
untuk menjadi seorang muslim dan muslimah. Islam datang dengan tidak ada unsur
paksaan. Namun dengan sendirinya, rakyat Indonesia sadar bahwa islam adalah
agama yang paling baik.
III.II Saran
Patuhilah apa-apa yang
diperintahkanNya dan jauhilah laranganNya. Jangan jadikan ritual sebagai alasan
mengenyampingkan agama islam. Jangan sampai budaya leluhur yang buruk sebagai
hal-hal yang harus dilestarikan. Lestarikanlah hal-hal baik yang ada di negara
ini. Jadikan islam sebagai pedoman untuk melakukan suatu kegiatan.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar