Minggu, 23 November 2014

CONTOH MAKALAH MATERI BK BIMBINGAN DAN KONSELING

BY : GRACE AUDINA

BAB 2
ISI
2.1 Sejarah Bimbingan dan Konseling
Menengok sejarah perkembangannya, bimbingan konseling berawal di Amerika Serikat yang dipelopori oleh seorang tokoh besar yaitu Frank Parson melalui gerakan yang terkenal yaitu guidance movement (gerakan bimbingan). Awal kelahiran gerakan ini dimaksudkan sebagai upaya mengatasi semakin banyaknya veteran perang yang tidak memiliki peran. Oleh karena itu, Frank Person berupaya memberi bimbingan vocational sehingga veteran-veteran tersebut tetap dapat berkarya sesuai kondisi mereka. Selanjutnya, gerakan ini berkembang tidak semata pada bimbingan vocational, tapi meluas pada bidang-bidang lain yang akhirnya masuk pula dalam pendidikan formal.
Gerakan bimbingan lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan didirikannya suatu vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education” yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan kelemahan yang ada pada  dirinya dengan tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi dengan memilih pekerjaan yang terbaik yang tepat bagi dirinya.

Menurut Arthur E. Trax and Robert D North, dalam bukunya yang berjudul “Techniques of Guidance”, (1986), disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai sejarah bimbingan diantaranya:

1.     Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Timbul suatu gerakan kemanusiaan yang menitik beratkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Gerakan ini membantu vocational bureau Parsons dalam bidang keungan agar dapat menolong anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan baik.
2.     Agama
Pada rohaniwan berpandangan bahwa dunia adalah dimana ada pertentangan yang secara terus menerus antara baik dan buruk.
3.     Aliran kesehatan mental
Timbul dengan tujuan perlakuan yang manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai gejala, tingkat penyakit jiwa, pengobatan, dan pencegahannya, karena ada suatu kesadaran bahwa penyakit ini bisa diobati apabila ditemukan pada tingkat yang lebih dini. Gerakan ini mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas diantara anak-anak muda.
4.     Perubahan dalam masyarakat
Akibat dari perang dunia 1 dan 2, pengangguran, depresi, perkembangan IPTEK, wajib belajar, mendorong beribu-ribu anak untuk masuk sekolah tanpa mengetahui untuk apa mereka bersekolah. Perubahan masyarakat semacam ini mendorong para pendidik untuk memperbaiki setiap anak sesuai dengan kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.
5.     Gerakan mengenal siswa sebagai individu
Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan gerakan tes pengukuran. Bimbingan diadakan di sekolah disebabkan tugas sekolah untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara individual. Karena sulitnya untuk mengenal atau memahami siswa secara individual atau pribadi, maka diciptakanlah berbagai teknik dan instrument diantaranya tes psikologis dan pengukuran.

Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor masih ditangani oleh para guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri.
Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
Bahkan, Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan membentuk komite guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut bergerak untuk membantu para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang produktif.

Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
·       Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran kerja.
·       Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar meeting memperoleh kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan memecahkan masalahnya sendiri.
·       Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya profesionalisasi konselor.
·       Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya terpusat pada individu.

Pada tahun 1909 setiap sekolah menengah di Boston dimasukkan seorang petugas bimbingan jabatan. Kemudian tahun 1910 sekitar 35 kota melaksanakan dan menganjurkan program formal bimbingan sekolah. Pada tahun 1911 Eli Weaper mendirikan lembaga bimbingan yang diberi nama The New York City Vocational Guidence Survey. Selanjutnya tahun 1912 melalui lembaga tersebut diselenggarkan konferensi yang kedua bimbingan jabatan di New York. Sedangkan konferensi yang ketiga diselenggarakan pada tahun 1913. Sejak tahun 1914 proses bimbingan mulai mengarah kepada bimbingan pendidikan dan terus berkembang hingga kini.

Perkembangan tanggal 20 Mei 1908 lahirlah gerakan Budi Utomo yang berusaha memperjuangkan kemajuan bangsa dalam segala lapangan kebudayaan. Sejak saat itu muncul berbagai gerakan yang mulai terorganisir dengan baik. Tahun 1922 lahir Perguruan Nasional Taman Siswa dengan asas:
1.     Kemerdekaan tiap orang untuk mengatur diri sendiri.
2.     Membiasakan anak untuk mencari pengetahuan dengan pikirannya sendiri.
3.     Berusaha dengan kekuatannya sendiri tanpa tergantung pada bantuan orang lain.
         Prinsip didaktik yang dipegang oleh Perguruan Nasional Taman Siswa ini antara lain: kemerdekaan belajar, bekerja dan menggunakan pendekatan konvergensi. Dari pola pendidikan Taman Siswa tersebut telah nampak perhatian dan penghargaan terhadap potensi seseorang dan kemerdekaan untuk mengembangkan potensi. Hal ini merupakan benih dari gerakan bimbingan konseling.
         Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No 026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan mereka. Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah.
         Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas.
         SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya terdapat hal-hal yang substansial, khususnya yang menyangkut bimbingan dan konseling adalah:
1.     Istilah bimbingan dan penyuluhan secara resmi diganti menjadi bimbingan dan konseling.
2.     Pelaksana bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru pembimbing, yaitu guru yang secara khusus ditugasi untuk itu. Dengan demikian bimbingan dan konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru atau sembarang guru.
3.     Guru yang diangkat atau ditugasi untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling adalah mereka yang berkemampuan melaksanakan kegiatan tersebut; minimum mengikuti penataran bimbingan dan konseling selama 180 jam.

2.2 Hakikat Bimbingan dan Konseling
A.    Pengertian bimbingan dan  konseling
Bimbingan dan konselling merupakan terjemahan dari kata-kata yang berasal dari bahasa inggris yaitu guidance dan counseling. Guidance berarti pimpinan, bimbingan, pendoman, atau petunjuk. Bimbingan adalah bantuan yang di berikan oleh seseorang yang telah terlatih denagn baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seseorang dari semua usia untuk membantunya untuk mengatur kegiatan, keputusan sendiri, dan menenggung bebanya sendiri (Crow and Crow dalam Prayitno & Erman Amti 1992:2)
Konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu consilium yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami.” Dengan adanya konseling ini diharapkan masalah yang dihadapi klien itu bisa teratasin dan tidak berlarut-larut. Koseling meliputi pemahaman dan hubungan individu untuk mengungkapan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan untuk mengapresiasi ketiga hal tersebut.( Bernard and fullmer,1969). Menurut Sertzer & Stone dalam semit yang di kutip oleh Prayitno (1994:100), konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu konseli dalam membuat intepretasi- intepretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, penyesuaian-penyesuaianyang perlu di buat.
Menurut Mc Daniel,1956. Konseling adalah suatu rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang di tunjukan pada pemberian batuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan dirinya sendirinya dan lingkunganya. Konseling merupakan suatu proses untuk membant individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk mencapai perkembngan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses tersebut dapat terjadi setiap waktu.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang konselor kepada klien yang bermuara pada teratasinya mesalah yang dihadapi klien.

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.

Berdasarkan beberapa pengertian bimbingan sebagaimana tersebut di atas, dapatlah diangkat makna bimbingan sebagai berikut:

1.     Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan (helping, aiding, assisting, availing), maka yang aktif dalam mengembang Kan diri, mengatasi masalah, dan mengambil keputusan adalah individu terbimbing (konseling) sendiri. Pembimbing (konselor) tidak memaksakan kehendaknya tetapi berperan sebagai fasilitator bagi perkembangan individu terbimbing.
Bantuan diberikan kepada individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya dengan mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu. Tidak ada teknik bantuan yang berlaku umum, setiap individu akan dipahami dan dimaknai secara individual sesuai dengan pengalaman, kebutuhan, dan masalah yang dihadapinya.

2.3 Urgensi Bimbingan dan Konseling
          Dalam bahasa Indonesia, urgensi memiliki arti keharusan yang mendesak; hal yang penting. Maka dapat dikatakan apa yang dimaksud dengan urgensi bimbingan dan konseling ialah keharusan (adanya) bimbingan dan konseling. Mengapa bimbingan dan konseling harus berada dalam pendidikan para siswa? Siswa-siswi tidak akan pernah luput dari permasalahan selama mereka dalam pendidikan, dan bimbingan konseling akan memberikan arahan, solusi serta tempat bagi mereka untuk mengutarakan.
Ø  URGENSI BK DI SEKOLAH

Urgensi Bimbingan dan konseling di sekolah mengacu pada UU no 23 mengenai sisdiknas, yakni:
UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya dibutuhkan konselor sekolah yang profesional, sehingga pekerjaan yang dilaksanakan dalam suatu profesi dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak yang terkait. Untuk menjadi konselor yang profesional perlu melakukan peningkatan kemampuan secara terus menerus melalui proses belajar sepanjang hayat yang akan menjadi determinan eksistensi ketahanan hidup manusia belajar sepanjang hayat menjadi strategi belajar pada masyarakat global. Dalam melaksanakan tugas konselor diperlukan tenaga yang profesional sesuai dengan tuntutan dan kondisi saat ini.
Urgensi BK di sekolah akan semakin dirasa perlu jika pelayanan BK tersebut mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap upaya memperkuat fungsi-fungsi pendidikan. BK sebagai salah satu sub-bidang dari bidang pembinaan di sekolah mempunyai fungsi yang khas bila dibandingkan dengan sub-bidang lainnya meskipun semua sub-bidang tersebut merupakan pelayanan khusus kepada klien. Fungsinya yang khas bersumber dari corak pelayanan yang bersifat psikis. Peranan BK di sekolah untuk mengembangkan diri dan potensi klien secara optimal menuntut pelaksanaan BK di sekolah secara efektif dan efisien serta pembinaan dan pengembangan sesuai dengan ketentuan dan pedoman yang berlaku.
Faktor yang melatar belakangi bimbingan dan penyuluhan dalam lapangan pendidikan :
1.     Faktor perkembangan pendidikan:
- demokrasi pendidikan,
- perubahan sistem,
- perluasan peraturan pendidikan.
2.     Faktor sosial kultural faktor ini muncul sebagai akibat dari perubahan sosial dan budaya yang menimbulkan kesenjangan antara satu golongan dengan golongan lain.
Faktor psikologi dari segi anak adalah pribadi yang sedang berkembang yang menuju ke arah kedewasaan.

SUMBER :
Dra. Hallen, A. M.Pd. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching
http://butterfly31girl.blogspot.com/2012/05/sejarah-perkembangan-bimbingan-dan.html
http://riezkaratna73.blogspot.com/2013/09/urgensi-bimbingan-dan-konseling.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar