BY : GRACE AUDINA
BAB 2
ISI
2.1 Sejarah Bimbingan dan Konseling
Menengok
sejarah perkembangannya, bimbingan konseling berawal di Amerika Serikat yang
dipelopori oleh seorang tokoh besar yaitu Frank
Parson melalui gerakan yang terkenal yaitu guidance movement (gerakan bimbingan). Awal kelahiran gerakan ini
dimaksudkan sebagai upaya mengatasi semakin banyaknya veteran perang yang tidak
memiliki peran. Oleh karena itu, Frank Person berupaya memberi bimbingan
vocational sehingga veteran-veteran tersebut tetap dapat berkarya sesuai
kondisi mereka. Selanjutnya, gerakan ini berkembang tidak semata pada bimbingan
vocational, tapi meluas pada bidang-bidang lain yang akhirnya masuk pula dalam
pendidikan formal.
Gerakan bimbingan
lahir pada tanggal 13 Januari 1908 di Amerika, dengan didirikannya suatu
vocational bureau tahun 1908 oleh Frank Parsons yang utuk selanjutnya dikenal
sebagai “Father of The Guedance Movement
in American Education” yang menekankan pentingnya setiap individu diberikan
pertolongan agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai perbuatan dan
kelemahan yang ada pada dirinya dengan
tujuan agar dapat dipergunakan secara intelijensi dengan memilih pekerjaan yang
terbaik yang tepat bagi dirinya.
Menurut Arthur E. Trax and Robert D North,
dalam bukunya yang berjudul “Techniques
of Guidance”, (1986), disebutkan beberapa kejadian penting yang mewarnai
sejarah bimbingan diantaranya:
1. Pada
akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Timbul suatu gerakan kemanusiaan yang
menitik beratkan pada kesejahteraan manusia dan kondisi sosialnya. Gerakan ini
membantu vocational bureau Parsons dalam bidang keungan agar dapat menolong
anak-anak muda yang tidak dapat bekerja dengan baik.
2. Agama
Pada rohaniwan berpandangan bahwa dunia
adalah dimana ada pertentangan yang secara terus menerus antara baik dan buruk.
3. Aliran
kesehatan mental
Timbul dengan tujuan perlakuan yang
manusiawi terhadap penderita penyakit jiwa dan perhatian terhadap berbagai
gejala, tingkat penyakit jiwa, pengobatan, dan pencegahannya, karena ada suatu
kesadaran bahwa penyakit ini bisa diobati apabila ditemukan pada tingkat yang
lebih dini. Gerakan ini mendorong para pendidik untuk lebih peka terhadap
masalah-masalah gangguan kejiwaan, rasa tidak aman, dan kehilangan identitas
diantara anak-anak muda.
4. Perubahan
dalam masyarakat
Akibat dari perang dunia 1 dan 2,
pengangguran, depresi, perkembangan IPTEK, wajib belajar, mendorong beribu-ribu
anak untuk masuk sekolah tanpa mengetahui untuk apa mereka bersekolah.
Perubahan masyarakat semacam ini mendorong para pendidik untuk memperbaiki
setiap anak sesuai dengan kebutuhannya agar mereka dapat menyelesaikan
pendidikannya dengan berhasil.
5. Gerakan
mengenal siswa sebagai individu
Gerakan ini erat sekali kaitannya dengan
gerakan tes pengukuran. Bimbingan diadakan di sekolah disebabkan tugas sekolah
untuk mengenal atau memahami siswa-siswanya secara individual. Karena sulitnya
untuk mengenal atau memahami siswa secara individual atau pribadi, maka
diciptakanlah berbagai teknik dan instrument diantaranya tes psikologis dan
pengukuran.
Sampai awal abad
ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor
masih ditangani oleh para guru. Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang
sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman latar belakang para siswa
yang masuk kesekolah-sekolah negeri.
Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang konselor di
Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA.
Pada tahun 1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut. Pada
waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini
diantaranya; Eli Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
Bahkan, Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan
buku tentang “memilih suatu karir” dan membentuk komite guru pembimbing
disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut bergerak untuk membantu
para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan
menggunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja
yang produktif.
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al.,
1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah bimbingan menurut
Stiller, yaitu sebagai berikut:
· Vocational exploration :
Tahapan yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran kerja.
· Metting Individual Needs :
Tahapan yang menekankan membantu individu agar meeting memperoleh kepuasan
kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan
memecahkan masalahnya sendiri.
· Transisional Professionalism :
Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya profesionalisasi konselor.
· Situasional Diagnosis :
Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini memfokuskan pada
analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya
terpusat pada individu.
Pada tahun 1909
setiap sekolah menengah di Boston dimasukkan seorang petugas bimbingan jabatan.
Kemudian tahun 1910 sekitar 35 kota melaksanakan dan menganjurkan program
formal bimbingan sekolah. Pada tahun 1911 Eli Weaper mendirikan lembaga
bimbingan yang diberi nama The New York
City Vocational Guidence Survey. Selanjutnya tahun 1912 melalui lembaga
tersebut diselenggarkan konferensi yang kedua bimbingan jabatan di New York.
Sedangkan konferensi yang ketiga diselenggarakan pada tahun 1913. Sejak tahun
1914 proses bimbingan mulai mengarah kepada bimbingan pendidikan dan terus
berkembang hingga kini.
Perkembangan tanggal
20 Mei 1908 lahirlah gerakan Budi Utomo yang berusaha memperjuangkan kemajuan
bangsa dalam segala lapangan kebudayaan. Sejak saat itu muncul berbagai gerakan
yang mulai terorganisir dengan baik. Tahun 1922 lahir Perguruan Nasional Taman
Siswa dengan asas:
1. Kemerdekaan
tiap orang untuk mengatur diri sendiri.
2. Membiasakan
anak untuk mencari pengetahuan dengan pikirannya sendiri.
3. Berusaha
dengan kekuatannya sendiri tanpa tergantung pada bantuan orang lain.
Prinsip didaktik yang dipegang oleh
Perguruan Nasional Taman Siswa ini antara lain: kemerdekaan belajar, bekerja
dan menggunakan pendekatan konvergensi. Dari pola pendidikan Taman Siswa
tersebut telah nampak perhatian dan penghargaan terhadap potensi seseorang dan
kemerdekaan untuk mengembangkan potensi. Hal ini merupakan benih dari gerakan
bimbingan konseling.
Keberadaan Bimbingan dan Penyuluhan
secara legal formal diakui tahun 1989 dengan lahirnya SK Menpan No
026/Menpan/1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam Kepmen tersebut ditetapkan
secara resmi adanya kegiatan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah.
Akan tetapi pelaksanaan di sekolah masih belum jelas seperti pemikiran awal
untuk mendukung misi sekolah dan membantu peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan mereka. Sampai tahun 1993 pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan di
sekolah tidak jelas, parahnya lagi pengguna terutama orang tua murid
berpandangan kurang bersahabat dengan BP. Muncul anggapan bahwa anak yang ke BP
identik dengan anak yang bermasalah, kalau orang tua murid diundang ke sekolah
oleh guru BP dibenak orang tua terpikir bahwa anaknya di sekolah mesti
bermasalah atau ada masalah. Hingga lahirnya SK Menpan No. 83/1993 tentang
Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang di dalamnya termuat aturan
tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Ketentuan pokok dalam SK Menpan itu
dijabarkan lebih lanjut melalui SK Mendikbud No 025/1995 sebagai petunjuk
pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya. Di Dalam SK Mendikbud
ini istilah Bimbingan dan Penyuluhan diganti menjadi Bimbingan dan Konseling di
sekolah dan dilaksanakan oleh Guru Pembimbing. Di sinilah pola pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di sekolah mulai jelas.
SK Mendikbud No. 025/1995 sebagai
petunjuk pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya terdapat
hal-hal yang substansial, khususnya yang menyangkut bimbingan dan konseling
adalah:
1. Istilah
bimbingan dan penyuluhan secara resmi diganti menjadi bimbingan dan konseling.
2. Pelaksana
bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru pembimbing, yaitu guru yang
secara khusus ditugasi untuk itu. Dengan demikian bimbingan dan konseling tidak
dilaksanakan oleh semua guru atau sembarang guru.
3. Guru
yang diangkat atau ditugasi untuk melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling
adalah mereka yang berkemampuan melaksanakan kegiatan tersebut; minimum
mengikuti penataran bimbingan dan konseling selama 180 jam.
2.2 Hakikat Bimbingan dan
Konseling
A. Pengertian
bimbingan dan konseling
Bimbingan dan
konselling merupakan terjemahan dari kata-kata yang berasal dari bahasa inggris
yaitu guidance dan counseling. Guidance berarti pimpinan, bimbingan, pendoman, atau petunjuk.
Bimbingan adalah bantuan yang di berikan oleh seseorang yang telah terlatih
denagn baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seseorang
dari semua usia untuk membantunya untuk mengatur kegiatan, keputusan sendiri,
dan menenggung bebanya sendiri (Crow and Crow dalam Prayitno & Erman Amti
1992:2)
Konseling berasal
dari bahasa Latin, yaitu consilium
yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau
“memahami.” Dengan adanya konseling ini diharapkan masalah yang dihadapi klien
itu bisa teratasin dan tidak berlarut-larut. Koseling meliputi pemahaman dan
hubungan individu untuk mengungkapan kebutuhan-kebutuhan, motivasi, dan
potensi-potensi yang unik dari individu dan membantu individu yang bersangkutan
untuk mengapresiasi ketiga hal tersebut.( Bernard and fullmer,1969). Menurut
Sertzer & Stone dalam semit yang
di kutip oleh Prayitno (1994:100),
konseling adalah suatu proses dimana konselor membantu konseli dalam membuat
intepretasi- intepretasi tentang fakta-fakta yang berhubungan dengan pilihan,
rencana, penyesuaian-penyesuaianyang perlu di buat.
Menurut Mc Daniel,1956. Konseling adalah suatu
rangkaian pertemuan langsung dengan individu yang di tunjukan pada pemberian
batuan kepadanya untuk dapat menyesuaikan dirinya secara lebih efektif dengan
dirinya sendirinya dan lingkunganya. Konseling merupakan suatu proses untuk
membant individu mengatasi hambatan-hambatan perkembangan dirinya, dan untuk
mencapai perkembngan yang optimal kemampuan pribadi yang dimilikinya, proses
tersebut dapat terjadi setiap waktu.
Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa konseling
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
oleh seorang konselor kepada klien yang bermuara pada teratasinya mesalah yang
dihadapi klien.
“Bimbingan
merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan
pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
Berdasarkan beberapa pengertian
bimbingan sebagaimana tersebut di atas, dapatlah diangkat makna bimbingan
sebagai berikut:
1. Bimbingan
adalah bantuan atau pertolongan (helping,
aiding, assisting, availing), maka yang aktif dalam mengembang Kan diri,
mengatasi masalah, dan mengambil keputusan adalah individu terbimbing
(konseling) sendiri. Pembimbing (konselor) tidak memaksakan kehendaknya tetapi
berperan sebagai fasilitator bagi perkembangan individu terbimbing.
Bantuan
diberikan kepada individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya
dengan mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu. Tidak ada teknik
bantuan yang berlaku umum, setiap individu akan dipahami dan dimaknai secara
individual sesuai dengan pengalaman, kebutuhan, dan masalah yang dihadapinya.
2.3 Urgensi Bimbingan dan
Konseling
Dalam bahasa Indonesia, urgensi
memiliki arti keharusan yang mendesak;
hal yang penting. Maka dapat dikatakan apa yang dimaksud dengan urgensi
bimbingan dan konseling ialah keharusan (adanya) bimbingan dan konseling.
Mengapa bimbingan dan konseling harus berada dalam pendidikan para siswa?
Siswa-siswi tidak akan pernah luput dari permasalahan selama mereka dalam
pendidikan, dan bimbingan konseling akan memberikan arahan, solusi serta tempat
bagi mereka untuk mengutarakan.
Ø URGENSI BK DI SEKOLAH
Urgensi Bimbingan dan konseling di sekolah
mengacu pada UU no 23 mengenai sisdiknas, yakni:
UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kerampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.”
Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
seutuhnya dibutuhkan konselor sekolah yang profesional, sehingga pekerjaan yang
dilaksanakan dalam suatu profesi dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak
yang terkait. Untuk menjadi konselor yang profesional perlu melakukan
peningkatan kemampuan secara terus menerus melalui proses belajar sepanjang
hayat yang akan menjadi determinan eksistensi ketahanan hidup manusia belajar
sepanjang hayat menjadi strategi belajar pada masyarakat global. Dalam
melaksanakan tugas konselor diperlukan tenaga yang profesional sesuai dengan
tuntutan dan kondisi saat ini.
Urgensi BK di sekolah akan semakin dirasa perlu jika pelayanan BK tersebut
mampu memberikan kontribusi yang berarti terhadap upaya memperkuat
fungsi-fungsi pendidikan. BK sebagai salah satu sub-bidang dari bidang
pembinaan di sekolah mempunyai fungsi yang khas bila dibandingkan dengan
sub-bidang lainnya meskipun semua sub-bidang tersebut merupakan pelayanan
khusus kepada klien. Fungsinya yang khas bersumber dari corak pelayanan yang
bersifat psikis. Peranan BK di sekolah untuk mengembangkan diri dan potensi
klien secara optimal menuntut pelaksanaan BK di sekolah secara efektif dan
efisien serta pembinaan dan pengembangan sesuai dengan ketentuan dan pedoman
yang berlaku.
Faktor yang melatar belakangi bimbingan dan
penyuluhan dalam lapangan pendidikan :
1. Faktor
perkembangan pendidikan:
- demokrasi pendidikan,
- perubahan sistem,
- perluasan peraturan pendidikan.
2. Faktor
sosial kultural faktor ini muncul sebagai akibat dari perubahan sosial dan budaya
yang menimbulkan kesenjangan antara satu golongan dengan golongan lain.
Faktor psikologi dari segi anak adalah pribadi yang
sedang berkembang yang menuju ke arah kedewasaan.
SUMBER :
Dra.
Hallen, A. M.Pd. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching
http://butterfly31girl.blogspot.com/2012/05/sejarah-perkembangan-bimbingan-dan.html
http://riezkaratna73.blogspot.com/2013/09/urgensi-bimbingan-dan-konseling.html