Tampilkan postingan dengan label proses. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label proses. Tampilkan semua postingan

Kamis, 19 Maret 2015

MAKALAH MEDIA PEMBELAJARAN PRINSIP-PRINSIP PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Kata media berasal dari bahasa latin dan bentuk jamak dari kata medium yang secara arti perantara atau pengantar. Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya (Rohmat,2010)[1]. Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan. Sedangkan Gagne mengartikan media sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang bagi siswa agar terjadi proses belajar (Mustikasari, 2011)[2].
Pembelajaran merupakan sebuah proses perubahan perilaku sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungan sehingga terjadinya pengalaman belajar dan hasil belajar menjadi lebih bermakna (meaningfull learning). Keberhasilan pembelajaran ditandai dengan perolehan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif pada diri individu, sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Keberhasilan ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya dengan penggunaan media yang berfungsi sebagai perantara pesan-pesan pembelajaran kepada peserata didik (Rohmat, 2010)[3]
Kata pembelajaran (instruction) sering kali diterjemahkan ke dalam pengajaran. Padanan kata ini sebenarnya kurang tepat mencerminkan arti yang terkandung di dalamnya, instruction lebih luas dari pengajaran, karena mencakup semua events yang mempunyai pengaruh langsung kepada proses belajar manusia, yang meliputi kejadian-kejadian yang diturunkan oleh bahan cetakan, sebuah gambar, program tv, film, slide, media atau kombinasinya. Sedangkan pengajaran seringkali dikaitkan dengan proses belajar mengajar di kelas, Seperti kelas formal ( sekolah, perguruan tinggi, atau pesantren) (Banaran, 2009)[4]
Mustikasari (2011)[5], dalam tulisannya “mengenal media pembelajaran” mengatakan bahwa Istilah pembelajaran lebih menggambarkan usaha guru untuk membuat belajar para siswanya. Kegiatan pembelajaran tidak akan berarti jika tidak menghasilkan kegiatan belajar pada para siswanya. Kegiatan belajar hanya akan berhasil jika anak didik secara aktif mengalami sendiri proses belajar. Seorang guru tidak dapat mewakili belajar siswanya. Seorang siswa belum dapat dikatakan telah belajar hanya karena ia sedang berada dalam satu ruangan dengan guru yang sedang mengajar.
Metode pembelajaran adalah suatu sarana atau cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sudrajat,2009)[6]. Sedangkan menurut (Mustikasari, 2011)[7] Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan informasi belajar kepada siswa.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran akan memberi kontribusi terhadap efektivitas pencapaian tujuan pembelajaran. Berbagai hasil penelitian pada intinya menyatakan bahwa berbagai macam media pembelajaran memberikan bantuan sangat besar kepada peserta didik dalam proses pembelajaran. Namun demikian peran tenaga pengajar itu sendiri juga menentukan terhadap efektifitas penggunaan media dalam pembelajaran. Peranan tersebut tercermin dari kemampuannya dalam memilih media yang digunakan. Karena hal tersebut dapat menentukan kemajuan suatu pembelajaran terhadap peserta didik.
Program pembelajaran direncanakan berdasarkan kebutuhan dan karakteristik siswa serta diarahkan kepada perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.  Media pembelajaran merupakan alat bantu yang tidak dapat ditolak dan dipungkiri keberadaannya.karena memang gurulah yang menghendaki untuk memudahkan penyampaian pesan-pesan kepada siswa. Guru sadar bahwa tanpa bentuan media, maka materi yang sukar untuk diterima dan dipahami siswa, terutama materi pembelajaran yang rumit dan komplek .
1.2  Permasalahan
Inovasi dalam dunia pendidikan menuntut kreatifitas dari tenaga kependidikan, saat ini media perkembangan mengalami perkembangan yang sangat pesat, dalam menggunakan media pembelajaran dan efektifitasnya terhadap peserta didik hendaknya didahulukan aspek-aspek yang terkait secara langsung maupun tidak langsung.
Dewasa ini, siswa diharuskan memiliki daya juang dan saing yang kuat dalam dunia pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman pada saat ini. Sehingga peserta didik diharuskan menguasai ilmu pengetahuan baik yang sifatnya formal ataupun non formal.
Dari hal tersebut guru dituntut untuk membuat siswa mampu cepat belajar, mudah untuk memahami, nyaman, serta bersemangat. Sehingga pada saat ini seharusnya guru mampu menggunakan kelebihan berbagai media yang ada untuk membantu proses pembelajaran. Namun, Pada kenyataannya media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan, antara lain: terbatasnya waktu untuk membuat persiapan mengajar, sulit mencari media yang tepat, tidak tersedianya biaya, dan lain-lain. Seharusnya guru dapat menggunakan media yang mampu membuat siswa memahami dengan efektis dan efisien untuk menccapai tujuan.








BAB 2
PEMBAHASAN
2. 1 PRINSIP – PRINSIP MEDIA PEMBELAJARAN          
Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa prinsip , yaitu :
a.      Tidak ada satu media pun yang paling baik untuk semua tujuan . Artinya , suatu media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu . tetapi mungkin tidak cocok untuk pembelajaran yang lain .
b.     Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran . Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar guru saja , tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran . penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen lain dalam perancangan pembelajaran . tanpa alat bantu mengajar mungkin pembelajaran tetap dapat berlangsung tetapi tanpa media itu kurang maksimal.
c.      Media apapun yang hendak di gunakan. Sasaran akhirnya adalah untuk memudahkan belajar peserta didik . kemudahan belajar peserta didik haruslah di jadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media.
d.     Penggunaan berbagai nedia dalam suatu kegiatan pembelajaran bukan hanya sekedar selingan / pengisi waktu atau hiburan . Melainkan mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang berlangsung.
e.      Pemilihan media hendaknya objektif , yaitu di dasarkan pada tujuan pembelajaran , tidak di dasarkan pada kesenangan pribadi tenaga pengajar.
f.       Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan peserta didik . penggunaan multi media tidak berrati menggunakan media yang banyak sekaligus , tetapi media tertentu di pilih untuk tujuan tertentu dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula .
g.      Kebaikan dan kekurangan media tidak tergantung pada kekonkritan dan keabstrakannya saja ,. Media konkrit wujudnya mungkin sukar untuk di pahami karena rumitnya . tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan pengertian yang tepat.
h.      Penggunaan media pengajaran hendaknya di pandang sebagai bagian yang integral dari suatu system pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang di gunakan bila di anggap perlu dan hanya di manfaatkan sewaktu – waktu di butuhkan.
i.       Media pengajaran hendaknya di pandang sebagai sumber belajar yang digunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
j.       Guru hendaknya benar – benar menguasai teknik – teknik dari suatu media pengajaran yang di gunakan .
k.      Guru seharusnya memperhitungkan untung ruginya pemanfaatan sutu pengajaran
l.       Penggunaan media pengajaran harus di organisir secara sistematis bukan sembarang menggunakannya .
m.    Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media , maka guru dapat memanfaatkan multy media yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar.

2. 2 Beberapa Syarat Umum Yang Harus Dipenuhi Dalam Pemanfaatan Media Pengajaran Dalam PBM ( Proses Belajar Mengajar ), yakni :
1.     Media pengajaran yang di gunakan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan.
2.     Media pengajaran tersebut merupakan media yang dapat dilihat atau di dengar.
3.     Media pengajaran yang di gunakan dapat merespon siswa belajar.
4.     Media pengajaran juga harus sesuai dengan kondisi individu siswa.
5.     Media pengajaran tersebut meruapakan perantara ( medium ) dalam proses pembelajaran siswa.
Penggunaan media pengajaran seharusnya mempertimbangkan beberapa hal berikut ini:
1.     Guru harus berusaha dapat memperagakan atau merupakan model dari suatu pesan ( isi pelajaran ).
2.     Jika objek yang akan di peragakan tidak mungkin di bawa kedalam kelas , maka kelaslah yang di ajak ke lokasi objek tersebut.
3.     Jika kelas tidak memungkinkan di bawa ke lokasi tersebut , usahakan model atau tiruannya .
4.     Bilamana model atau market juga tidak di dapat . usahakan gambar atau foto – foto dari objek yang berkenan dengan materi ( pesan ) pelajaran tersebut.
5.     Jika gambar atau foto tidak di dapatkan , maka guru harus membuat sendiri media sederhana yang dapat menarik perhatian belajar tersebut.
6.     Bilamana media sederhana tidak dapat di buat oleh guru, gunakan papan tulis untuk mengilustrasikan objek atau pesan tersembut melalui gambar sederhana dengan garis lingkaran .
Prinsip pokok yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pada setiap kegiatan belajar mengajar adalah bahwa media digunakan dan diarahkan untuk mempermudah siswa belajar dalam upaya memahami materi pelajaran. Dengan demikian, penggunaan media harus dipandang dari sudut kebutuhan siswa. Hal ini perlu ditekankan sebab sering media dipersiapkan hanya dilihat dari sudut kepentingan guru. Contohnya, oleh karena guru kurang menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, maka guru persiapkan media OHT, dan oleh sebab OHT digunakan untuk kepentingan guru, maka transparansi tidak didesain dengan menggunakan prinsip-prinsip media pembelajaran, melainkan seluruh pesan yang ingin disampaikan dituliskan pada transparan hingga menyerupai Koran (Arisandi, 2011)[8]
Penggunaan media harus mempertimbangkan kecocokan ciri media dengan karakteristik materi pelajaran yang disajikan.Penggunaan media harus disesuaikan dengan bentuk kegiatan belajar yang akan dilaksanakan seperti belajar secara klasikal, belajar dalam kelompok kecil, belajar secara individual, atau belajar mandiri. Penggunaan media harus disertai persiapan yang cukup seperti mempreview media yang akan dipakai, mempersiapkan berbagai peralatan yang dibutuhkan di ruang kelas. Dengan cara ini pemanfaatan media diharapkan tidak akan menggangu kelancaran proses belajar-mengajar dan mengurangi waktu belajar.
              Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran dengan harapan dapat mempercepat dan mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran (Rohmat, 2010), yaitu:
1.      Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media pembelajaran.
Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih khusus lagi apakah sasarannya siswa TK, SD, SLTP, SMU, atau SLB.
2.      Karakteristik media pembelajaran.
Setiap media pembelajaran mempunyai karakteristik tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara penggunaannya. Memahami karakteristik media pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya pemilihan media pembelajaran. Disamping itu memberikan kemungkinan pada guru untuk menggunakan berbagai media pembelajaran secara bervariasi.
3.      Alternatif pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan
 atau dikompetisikan. Dengan demikian guru dapat menentukan pilihan media pembelajaran mana yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.
              Dalam Education Technology for Teacher (2010)[9], Alen berpendapat bahwa pendekatan yang dapat digunakan untuk pemilihan media adalah dengan menggunakan pendekatan matrik, yaitu pendekatan yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih media yang sesuai dengan jenis tujuan pembelajaran tertentu. Matrik menggambarkan tinggi rendahnya kemampuan setiap jenis media bagi pencapaian berbagai tujuan dengan kemampuan setiap jenis madia  dalam mempengaruhi berbagai jenis belajar. hal ini dapat diwujudkan dengan mendahulukan mana yang harus dipelajari/dikuasai siswa, apakah informasi faktual, konsep, keterampilan, dan seterusnya.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran perlu mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu: Suatu media hanya sesuai untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin tidak sesuai untuk pembelajaran yang lain. Media adalah bagian integral dari proses pembelajaran. Hal ini berarti bahwa media bukan hanya sekedar alat bantu mengajar guru saja, tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran. Penetapan suatu media harus sesuai dengan komponen lain dalam perencanaan pembelajaran. Tanpa alat bantu mengajar dapat pembelajaran tetap dapat bertahan, tetapi tanpa media itu tidak akan terjadi (Admin, 2011)[10].
Media pembelajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu harus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaan Media pembelajaran yang antara lain:
1.     Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagaialat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan biladianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan (Usman, 2011)[11]
2.     Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yangdigunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar.
3.     Guru seharusnya memperhitungkan untung-ruginya pemanfaatan suatu media pembelajaran.
4.     Penggunaan media pembelajaran harus diorganisir secara sistematisbukan sembarang menggunakannya.
5.     Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macammedia, maka guru dapat memanfaatkan multimedia yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar.

Prinsip-prinsip pemilihan dan penggunaan media pembelajaran merujuk pada pertimbangan seorang guru dalam memilih dan menggunakan media pembelajaran untuk digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan belajar-mengajar. Hal ini disebabkan adanya beraneka ragam media yang dapat digunakan dalam pembelajaran











BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi. Sedangkan pembelajaran adalah usaha guru untuk menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dari guru ke siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa dan pada akhirnya dapat menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar.
Manfaat media pembelajaran  adalah untuk penyampaian materi pembelajaran dapat diseragamkan, proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik, proses pembelajaran menjadi lebih interaktif, efisiensi dalam waktu dan tenaga, meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar serta mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.



[1] Rahmat, 2010, “terapan teori media instruksional dalam pengajaran agama islam “, hlm 80 .logung pustaka :yogyakarta
2Ardiani mustika sari ,2011 “ Mengenal media pembelajaran “hlm 1.

3. ibid , halm 80
4.warga , pasal 3-4 UUD’45
5. Ardina mustikasri , 2011 . “ mengenal media pembelajaran , hlm 1




6.Akhmad sudrajat 2009 “ Pengertian Pendekatan , strategi , metode , teknik, taktik, dan model pembelajaran
7ibid, mustika hlm 1

8Deni Arisandi, 2011.”prinsip-prinsip penggunaan media”.
9Education Technology for Teacher, 2010.”prinsip-prinsip dan pemilihan media pembelajaran”.http://sumber dan media pembelajaran.blogspot.com
10. Admin, 2011.” Prinsip-prinsip Penggunaan Media Pembelajaran”.http://blog.tp.ac.id/
11Basyiruddin Usman, 2011.” prinsip-prinsip penggunaan media pembelajaran”. http://id.shvoong.com

Minggu, 23 November 2014

CONTOH MAKALAH PSIKOLOGI : INGATAN, MEMORI, DAN LUPA

BY : GRACE AUDINA

BAB II
PEMBAHASAN
II.I Pengertian Ingatan dan Memori
Pengertian ingatan secara fisiologis, adalah hasil perubahan kemampuan penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari akivitas neural sebelumnya. Perubahan ini kemudian menghasilkan jaras-jaras baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi untuk membentuk penjalaran sinyal-sinyal melalui lintasan neural otak. Jaras yang baru atau yang terfasilitasi disebut jejak-jejak ingatan (memory traces). Jaras-jaras ini penting karena begitu jaras-jaras ini menetap/ada, maka akan diaktifkan oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan yang ada (Guyton, 1997).
Menurut Sternberg (2008) ingatan adalah cara-cara yang dengannya seseorang mempertahankan dan menarik pengalaman-pengalaman dari masa lalu untuk digunakan saat ini.
Memori merupakan simpanan informasi - informasi yang diperoleh dan diserap dari lingkungan yang kemudian diolah sesuai dengan individu yang bersangkutan. Memory juga merupakan suatu proses biologi, yakni informasi diberi kode dan dipanggil kembali. Pada dasarnya juga memory adalah sesuatu yang membentuk jati diri manusia dan membedakan manusia dari mahluk hidup lainnya. Memory memberi manusia kemampuan mengingat masa lalu, dan perkiraan pada masa depan. Memory merupakan kumpulan reaksi elektrokimia yang rumit yang diaktifkan melalui beragam saluran indrawi dan disimpan dalam jaringan syaraf yang sangat rumit dan unik di seluruh bagian otak. Memory yang sifatnya dinamis ini terus berubah dan berkembang sejalan dengan bertambahnya informasi yang disimpan.
Memori atau mengingat merupakan proses menerima, menyimpan dan mengeluarkan kembali informasi-informasi yang telah diterima melalui pengamatan, kemudian disimpan dalam pusat kesadaran (otak) setelah diberikan tafsiran. Dalam otak, terdapat dua macam tempat penyimpan informasi atau tanggapan yaitu :

a)       Ingatan Jangka Pendek (Short Term Memori/STM) ialah tempat menyimpan informasi yang akan dikeluarkan segera dalam waktu yang lebih pendek
Ada 2 cara untuk meningkatkan STM, yaitu:
·         Rehearsal : adalah pengulangan informasi secara sadar sebagai usaha untuk mempertahankan informasi dalam STM.
·         Encoding : adalah proses dimana informasi sensoris diubah kedalam bentuk yang dapat diingat. Encoding dapat dilakukan dengan metode chunking, yaitu pengelompokan beberapa huruf sebagai kata (small chunks), sekelompok kata sebagai frase (larger chunks) dan serangkaian frase sebagai kalimat (even larger chunks).

Retrieval adalah suatu proses untuk menemukan memori yang disimpan dan membuatnya menjadi dapat digunakan.
Ada 2 jenis retrieval, yaitu:
·         Recognition : adalah mengenali bahwa stimulus tertentu telah disajikan sebelumnya.
·         Recall : adalah mengeluarkan bagian spesifik dari informasi, biasanya diarahkan dengan menggunakan cues.

Selective attention adalah membatasi perhatian pada stimulus tertentu ketika ada banyak stimulus yang hadir pada situasi tertentu. Individu lebih memperhatikan karakteristik fisik dari stimulus, contohnya adalah volume dan ritme suara.

b)       Ingatan Jangka Panjang (Long Term Memori/LTM) ialah gudang tempat menyimpan informasi untuk masa yang cukup lama.

II.II Proses Memori

Secara singkat proses memori atau mengingat terjadi dalam tiga tahapan :
a) Tahapan perolehan Informasi
b) Tahapan Penyimpanan Jangka Pendek atau ingatan jangka panjang
c)  Tahapan mengeluarkan kembali apabila suatu waktu diperlukan
Sedangkan menurut Hillgard, proses memori terdapat 3 tipe:
a)    Recall: Proses mengingat kembali info yang dipelajari pada masa lalu tanpa petunjuk.
b)    Recognition: Proses mengenal kembali info yang sudah dipelajari melalui suatu petunjuk.
c)      Redintegrative: Proses mengingat dengan menghubungkan berbagai info menjadi suatu konsep atau cerita yang cukup kompleks.


II.III Pengertian dan Proses Lupa

Lupa ialah peristiwa tidak dapat memproduksikan tanggapan-tanggapan kita, sedang ingatan kita sehat. (Agus Suyanto, 1993: 46), adapula yang mengartikan lupa sebagai suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali utnuk digunakan. (Irwanto, 1991: 150).
Muhibbinsyah (1996) dalam bukunya yang berjudul psikologi pendidikan mengartikan lupa sebagai hilangnya kemampuan untuk menyebut kembali atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari secara sederhana. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidak mampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dialami atau dipelajari, dengan demikian lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.
Daya ingatan kita tidak sempurna. Banyak hal-hal yang pernah diketahui, tidak dapat diingat kembali atau dilupakan. Dewasa ini ada empat cara untuk menerangkan proses lupa keempatnya tidak saling bertentangan, melainkan saling mengisi.
a.       Apa yang telah kita ingat, disimpan dalam bagian tertentu diotak kalau materi yang harus diingat itu tidak pernah digunakan, maka karena proses metabolisme otak, lambat laun jejak materi itu terhapus dari otak sehingga kita tidak dapat mengingatnya kembali. Jadi, karena tidak digunakan, materi itu lenyap sendiri.
b.       Mungkin pula materi itu tidak lenyap begitu saja, melainkan mengalami perubahan-perubahan secara sistematis, mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut:
1)       Penghalusan: materi berubah bentuk ke arah bentuk yang lebih simatris, lebih halus dan kurang tajam, sehingga bentuk yang asli tidak diingat lagi.
2)       Penegasan: bagian-bagian yang paling mencolok dari suatu hal adalah yang paling mengesankan. Karena itu, dalam ingatan bagian-bagian ini dipertegas, sehingga yang diingat hanyalah bagian-bagian yang mencolok, sedangkan bentuk keseluruhan tidak begitu diingat.
c.        Asimilasi: bentuk yang mirip botol misalnya, akan kita ingat sebagai botol, sekalipun bentuk itu bukan botol. Dengan demikian, kita hanya ingat sebuah botol, tetapi tidak ingat bentuk yang asli. Perubahan materi di sini disebabkan bagaimana wajah orang itu tidak kita ingat lagi.
d.       Kalau mempelajari hal yang baru, kemungkinan hal-hal yang sudah kita ingat, tidak dapat kita ingat lagi. Dengan kata lain, materi kedua menghambat diingatnya kembali materi pertama. Hambatan seperti ini disebut hambatan retroaktif. Sebaliknya, mungkin pula materi yang baru kita pelajari tidak dapat masuk dalam ingatan, karena terhambat oleh adanya materi lain yang terlebih dahulu dipelajari, hambatan seperti ini disebut hambatan proaktif.
e.        Ada kalanya kita melakukan sesuatu. Hal ini disebut represi. Peristiwa-peristiwa mengerikan, menakutkan, penuh dosa, menjijikan dan sebagainya, atau semua hal yang tidak dapat diterima oleh hati nurani akan kita lupakan dengan sengaja (sekalipun proses lupa yang sengaja ini terkadang tidak kita sadari, terjadi diluar alam kesadaran kita). Pada bentuknya yang ekstrim, represi dapat menyebabkan amnesia, yaitu lupa nama sendiri, orang tua, anak dan istri dan semua hal yang bersangkut paut dirinya sendiri. Amnesia ini dapat itolong atau disembuhkan melalui psikoterapi atau melalui suatu peristiwa yang sangat dramatis sehingga menimbulkan kejutan kejiwaan pada penderita. (Ahmad Fauzi, 1997: 52-54)

II.IV Faktor-faktor Lupa

      Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan lupa, antara lain ialah:
a.       Lupa terjadi karena gangguan konflik antara item-item informasi atau materi yang ada dalam sistem memori siswa. Dalam interfence theory (teori mengenai gangguan), gangguan konflik ini terbagi menjadi dua Macam (Reber, 1988; Best, 1989; Anderson, 1990), yaitu:
1)       Proactive interference
Seorang siswa akan mengalami gangguan proaktif apabila materi pelajaran yang sudah lama tersimpan dalam subsistem akal permanennya mengganggu masuknya materi pelajaran baru. Peristiwa ini terjadi apabila siswa tersebut mempelajari sebuah materi pelajaran yang sangat mirip dengan materi pelajaran yang telah dikuasainya dalam tenggang waktu yang pendek. Dalam hal ini, materi yang baru saja dipelajari akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali.
2)       Retroactive interference
Sebaliknya, seorang siswa akan mengalami gangguan retroaktif apabila materi pelajaran baru membawa konflik dan gangguan terhadap kembali materi pelajaran lama yang telah lebih dahulu tersimpan dalam subsistem akal permanen siswa tersebut. Dalam hal ini, materi pelajaran lama akan sangat sulit diingat atau diproduksi kembali. Dengan kata lain, siswa tersebut lupa akan materi pelajaran lama tersebut.
b.       Lupa dapat terjadi pada seorang siswa karena adanya tekanan terhadap item yang telah ada, baik sengaja ataupun tidak. Penekanan ini terjadi karena adanya kemungkinan :
1)       Karena item informasi (berupa pengetahuan, tanggapan, kesan dan sebagainya) yang diterima siswa kurang menyenangkan, sehingga ia dengan sengaja menekannya hingga ke alam ketidaksadaran.
2)       Karena item informasi yang baru secara otomatis menekan item informasi yang telah ada, jadi sama dengan fenomena retroaktif.
3)       Karena item informasi yang akan direproduksi (diingat kembali) itu tertekan ke alam bawah sadar dengan sendirinya lantaran tidak pernah digunakan.
Itulah pendapat yang didasarkan para repression theory yakni teori represi/ penekanan (Reber, 1988). Namun, perlu ditambahkan bahwa istilah “alam ketidaksadaran” dan “alam bawah sadar” seperti tersebut di atas, merupakan gagasan Sigmund Freud, bapak psikologi analisis yang banyak mendapat tantangan baik dari kawan maupun lawannya itu.
c.        Lupa dapat terjadi pada siswa karena perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali (Anderson, 1990). Jika seorang siswa hanya mengenal atau mempelajari hewan jerapah atau kudanil lewat gambar-gambar yang ada di sekolah misalnya, maka kemungkinan ia akan lupa menyebut nama hewan-hewan tadi ketika melihatnya di kebun binatang.
d.       Lupa dapat terjadi karena perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses belajar mengajar dengan tekun dan serius, tetapi karna sesuatu hal sikap dan minat siswa tersebut menjadi sebaliknya (seperti karena ketidaksenangan kepada guru) maka materi pelajaran itu akan mudah terlupakan.
e.        Menurut law of disuse (Hilgard & Bower 1975), lupa dapat terjadi karena materi pelajaran yang telah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa. Menurut asumsi sebagian ahli, materi yang diperlakukan demikian dengansendirinya akan masuk ke alam bawah sadar atau mungkin juga bercampur aduk dengan materi pelajaran baru.
f.        Lupa Tentu saja dapat terjadi karena perubahan urat syaraf otak. Seorang siswa yang terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan geger otak akan kehilangan ingatan item-item informasi yang ada dalam memori permanennya.



Meskipun penyebab lupa itu banyak aneka ragamnya, yang paling penting untuk diperhatikan para guru adalah faktor pertama yang meliputi gangguan proaktif dan retroaktif, karena didukung oleh hasil riset dan eksperimen. Mengenai faktor keenam, tentu saja semua orang maklum.
Kecuali gangguan proaktif dan retroaktif, ada satu lagi penemuan baru yang menyimpulkan bahwa lupa dapat dialami seorang siswa apabila item informasi yang ia serap rusak sebelum masuk ke memori permanennya. Item yang rusak (decay) itu tidak hilang dan tetap diproses oleh sistem memori siswa tadi, tetapi terlalu lemah untuk dipanggil kembali. Kerusakan item informasi tersebut mungkin disebabkan karena tenggang waktu (delay) antara waktu diserapnya item informasi dengan saat proses pengkodean dan transformasi dalam memori jangka pendek siswa tersebut (Best, 1989; Anderson, 1990).
Apakah materi pelajaran yang terlupakan oleh siswa benar-benar hilang dari ingatan akalnya? Menurut pandangan ahli psikologi kognitif, “tidak!” materi pelajaran itu masih terdapat dalam subsistem akal permanen siswa namun terlalu lemah untuk di panggil atau diingat kembali. Buktinya banyak siswa yang mengeluh “kehilangan ilmu”, setelah melakukan relearning (belajar lagi) atau mengikuti remedial teaching berfungsi memperbaiki atau menguatkan item-item informasi yang rusak atau lemah dalam memori para siswa tersebut, sehingga mereka berhasil mencapai prestasi yang memuaskan. (Muhibbin Syah, 1996: 160)

·       Lupa Versus Hilang
Kerapkali pengertian “lupa” dan “hilang” secara spontan dianggap sama, padahal apa yang dilupakan belum tentu hilang dalam ingatan begitu saja. Hasil penelitian dan refleksi atas pengalaman belajar di sekolah, memberikan petunjuk bahwa segala sesuatu yang pernah dicamkan dan dimasukan dalam ingatan, tetap menjadi milik pribadi dan tidak menghilang tanpa bekas. Dengan kata lain, kenyataan bahwa seseorang tidak dapat mengingat sesuatu, belum berarti hal itu hilang dari ingatannya, seolah-olah hal yang pernah dialami atau dipelajari sama sekali tidak mempunyai efek apa-apa. (Winkel, 1989: 291) sejumlah kesan yang telah didapat sebagai buah dari pengalaman belajar tidak akan pernah hilang, tetapi kesan-kesan itu mengendap ke alam bawah sadar. Bila diperlukan kembali kesan-kesan terpilih akan terangkat ke alam sadar. Penggalian kesan-kesan terpilih bisa karena kekuatan “asosiasi” atau bisa juga karena kemauan yang keras melakukan “reproduksi” dengan pengandalan konsentrasi. Oleh karena itu, tepat apa yang pernah dikemukakan oleh Gula (1982) dan Reber (1988) bahwa lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu  yang pernah dipelajari atau dialami. (Muhibbin Syah, 1999: 151) jadi, lupa bukan berarti hilang, sesuatu yang terlupakan tentu saja masih dimiliki dan tersimpan di alam bawah sadar, sedangkan sesuatu yang hilang tentu saja tidak tersimpan dalam alam bawah sadar.
Gangguan-gangguan yang menyebabkan terjadinya lupa, baik dalam ingatan jangka panjang maupun jangka pendek ditunjang oleh hasil-hasil penelitian, bahwa informasi-informasi yang baru didapat membingungkan informasi-informasi yang lama disebut “inhibisi retroaktif” atau gangguan retroaktif. Sebaliknya, bila informasi-informasi yang lama menyulitkan orang untuk mengingat kembali informasi-informasi yang baru dinamakan “inhibisi proaktif” atau gangguan proaktif. (Mahmud, 1990: 136)

·        Lupa-Lupa Ingat
Lupa-lupa ingat berlainan dengan lupa-lupaan, dan tidak sama dengan melupakan. Lupa-lupaan berarti pura-pura lupa. Melupakan berarti melalaikan, tidak mengindahkan. Baik lupa-lupaan mengandung unsur kesengajaan. Sedangkan lupa-lupa ingat berarti tidak lupa, tetapi tidak ingat benar, (masa samar, tetapi kurang pasti), agak lupa.
Kadang-kadang kita mengingat sesuatu dari ingatan jangka panjang kita dan merasa seolah-olah kita hampir mengingatnya, tetapi tidak mengingat betul apa yang ingin kita ingat itu, entah itu nama seorang teman, tempat berlangsungnya kejadian tertentu, tanggal lahir seorang pahlawan nasioanl dan sebaginya. “hampir ingat” ini disebut”gejala ujung lidah”.
Pengorganisasian struktur kognitif yang kurang baik dan sistematik berpotensi kearah lupa-lupa ingat. Kerancuan struktur kognitif menyebabkan sejumlah kesan menjadi samar-samar, kesan berbentuk bayang-bayang dalam ketidakpastian. Sesuatu hal yang direpresentasikan dalam bentuk kesan mengapung diantara alam bimbang sadar dan alam bawah sadar, sehingga ingatan yang timbul karena kesadaran akibat adanya rangsangan dari luar atau usaha mengingat-ingat terjelma dalam bentuk gejala ujung lidah, hampir ingat atau lupa-lupa ingat, yang berarti tidak lupa, cuma kurang pasti. (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 207-209)

·        Teori-Teori Mengenai Lupa
Lupa merupakan suatu gejala di mana informasi yang telah disimpan tidak dapat ditemukan kembali untuk digunakan. Ada empat teori tentang lupa, yaitu Decay theory, Interference theory, Retrieval failure, motivated forgetting, dan lupa karena sebab-sebab fisiologis. Teori-teori ini khususnya merujuk pada memori jangka panjang.
a.       Decay theory
Teori ini beranggapan bahwa memori menjadi semakin aus aus dengan berlalunya waktu bila tidak pernah diulang kembali (rehearsal). Teori ini mengandalkan bahwa setiap informasi di simpan dalam memori akan meninggalkan jejak (memory trace). Jejak-jejak ini akan rusak atau menghilang bila tidak pernah dipakai lagi. Meskipun demikian, banyak ahli sekarang menemukan bahwa lupa tidak semata-mata disebabkan oleh ausnya informasi.

b.       Teori interferensi
Teori ini beranggapan bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori janga panjang masih ada dalam gudang memori (tidak mengalami keausan). Akan tetapi proses lupa terjadi karena informasi yang satu menggangu proses mengingat informasi lainnya. Bisa terjadi bahwa informasi yang baru diterima mengganggu proses mengingat informasi yang lama, tetapi bisa juga sebaliknya.
Bila informasi yang baru kita terima, menyebabkan kita sulit mencari informasi yang sudah ada dalam memori kita, terjadilah interferensi retroaktif. Dalam hidup sehari-hari kita mengalami hal ini.
Adalagi yang disebut interferensi proaktif, yaitu informasi yang sudah dalam memori jangka panjang mengganggu proses mengingat informasi yang baru saja disimpan.
c.         Teori retrieval failure
Teori ini sebenarnya sepakat dengan teori interferensi bahwa informasi yang sudah disimpan dalam memori jangka panjang selalu ada, tetapi kegagalan untuk mengingat kembali tidak disebabkan oleh interferensi. Kegagalan mengingat kembali lebih disebabkan tidak adanya petunjuk yang memadai. Dengan demikian, bila syarat tersebut dipenuhi (disajikan petunjuk yang tepat), maka informasi tersebut tentu dapat ditelusuri dan diingat kembali.
d.       Teori motivated forgetting
Menurut teori ini, kita akan cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal-hal yang menyakitkan atau tidak menyenangkan ini cenderung ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran. Teori ini didasarkan atas teori psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Dari penjelasan di atas, jelas bahwa teori ini juga beranggapan bahwa informasi yang telah disimpan masih selalu ada.
e.        Lupa karena sebab-sebab fisiologis
para peneliti sepakat bahwa setiap penyimpanan informasi akan disertai berbagai perubahan fisik di otak. Perubahan fisik ini disebut engram. Gangguan pada engram ini akan mengakibatkan lupa yang disebut amnesia. Bila yang dilupakan adalah berbagai informasi yang telah disimpan dalam beberapa waktu yang lalu, yang bersangkutan dikatakan menderita amnesia retrograd. Bila yang dilupakan adalah informasi yang baru saja diterimanya, ia dikatakan menderita amnesia anterograd. Karena proses lupa dalam kedua kasus ini erat hubungannya dengan faktor-faktor biokimiawi otak, maka kurang menjadi fokus perhatian bagi para pendidik.


II.V Proses Perbaikan Memori

Memori  masuk kedalam otak melalui sinaps ( alur informasi), karena otak belajar melalui kekuatan sinapsisnya. Dimana hippocampus (sistem limbik), amygdala (pusat ingatan emosi), striatum (untuk mengendalikan kemampuan motorik),  mammillary bodies berperan aktif didalam otak. Tiga proses dasar dari memori , yaitu Encoding (memasukkan informasi), Storage(penyimpanan) dan Retrieval (menimbulkan kembali). Yang pertama adalah proses mengingat dengan tahapan Encoding yaitu proses pengkodean terhadap apa yang dipersepsikan dengan cara mengubah simbol-simbol tertentu pada organismenya. Jadi encoding merupakan suatu proses mengubah sebuah informasi ke dalam bentuk yang sesuai dengan sifat memori organisme itu sendiri. Informasi-informasi yang dapat disimpan olehnya dapat diperoleh dengan cara sengaja maupun tidak sengaja. Kedua adalah proses mengingat Storage atau proses penyimpanan informasi. Bagaimana penyimpanan terhadap apa yang telah diproses pada tahap pengkodean. Ketiga adalah proses mengingat yang berkaitan dengan menimbulkan kembali sebuah informasi-informasi yang telah tersimpan atau biasa disebut Retrieval. Proses ini merupakan sebuah proses mencari dan menemukan informasi yang disimpan dalam memori untuk digunakan kembali bila dibutuhkan. Misal saja seseorang sering mengatakan bahwa"Belajar dari pengalaman", karena ia mampu menggunakan bermacam informasi yang ia miliki dan diterimanya di masa lalu untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi sekarang ataupun kedepannya. ProsesRetrieval ini dapat ditimbulkan dengan cara :
1. Recall, yaitu proses mengingat kembali informasi yang sudah dipelajari di masa lalu tanpa adanya sebuah petunjuk yang dihadapkan pada organisme. Misalnya, mengingat nama seseorang tanpa diiringi kehadiran orang tersebut.
2. Recognize, yaitu proses yang mengenal kembali informasi yang sudah dipelajari melalui sebuah petunjuk yang telah dihadapkan pada organisme. Misalnya,  mengingat nama seseorang saat ia berjumpa dengan orang yang bersangkutan.
3. Redintegrative, yaitu proses mengingat dengan menghubungkan bermacam-macam informasi menjadi suatu konten yang kompleks. Proses ini terjadi bila seseorang ditanya sebuah nama, misal saja Michael Jackson (Musisi Dunia), maka ia akan secara otomatis akan teringat banyak hal karena beliau sering muncul di media dan kita sering menontonnya.
  Menurut Atkinson dan Shirfriin (1968), mereka menciptakan sebuah teori tentang bagaimana
 proses informasi dalam memori manusia.Memori memiliki tiga jenis, yaituSM (Sensory Memory), STM (Short Term Memory), dan LTM (Long Term Memory). Sensory Memory adalah segala memori yang didapatkan dari dunia indrawi. Proses mengingat ini terjadi sangat cepat dan singkat. Berdasarkan beberapa penelitian eksperimen disimpulkan bahwa individu hanya dapat mengingat sebuah informasi dengan beberapa item saja tidak dapat menyimpannya secara lama. SM memiliki dua jenis yaitu Iconic(visual) dan Echoic (pendengaran). Pada saat kita memberi atensi terhadap informasi visual, maka informasi tersebut akan ditransfer ke dalam memoriSTM atau Short Term Memory. Namun apabila kita gagal memasukkan atensi tersebut maka konsep yang akan didapat dari informasi tersebut akan hilang dan terlupakan. Selanjutnya, STM atau Working Memory adalah memori jangka pendek yang memiliki kemampuan paling mendasar dari individu untuk merecall kembali secara tidak lama dan singkat. Bisa dibilang proses mengingat ini adalah penyimpanan informasi sementara. Terdapat dua jenisnya, yaitu Primacy Portion (kemenonjolan), misalnya kita dapat diingat oleh orang lain karena kita berdiri sendiri di dalam kesepian. Dan yang kedua Recency Portion (kebaruan), misalnya kita baru mengucapkan sesuatu dan kata tersebuh dapat diingat.  STM akan lebih mudah diaktifkan ketika kita dalam keadaan sadar dan memberikan sebuah atensi pada informasi yang diberikan. Apabila STM tidak memenuhi bagaimana proses mengingat yang melebihi dari konsepnya, maka proses itu mengambil dari informasiLTM atau Long Term Memory yang merupakan proses penyimpanannya bersifat permanen. Karena manusia akan mudah mengingat jika ia dalam situasi yang sama ketika proses tersebut diberikan pada kode sebelumnya. Penyimpanan dalam LTM  adalah kode linguistik (bahasa), Gambar (visual) serta kode motor ( gerak atau fisik). Jenis LTM ada berdasarkan Declarative memory dan Procedural memory. Declarative memory memiliki dua model penyimpanan, yaitu Episodic dan Semantik. Episodic adalah penyimpanan informasi yang berkaitan dengan pengalaman individu sedangkan semantik lebih cenderung terhadap fakta-fakta tentang dunia. Terdapat berbagai kesulitan di dalam Long Term Memori, yaitu:
 - Recall  : mencari informasi dan menimbulkan kembali
 - Tip of the tounge phenomenon   : ketidakmampuan untuk menimbulkan kembali informasi yang diketahui
 - Retrieval Cue : berupa stimulus yang mendorong untuk menimbulkan kembali informasi dalam LTM
 - Flashbub memories : memori terhadap kejadian yang spesifik secara jelas
 - Von restore effect : sebuah stimulus yang lebih mudah di recall daripada stimulus yang sederhana
 - Soap opera effect : informasi sebelumnya lebih mudah diingat ketika dapat memahami individu
Forgetting
Forgetting memiliki beberapa teori, yaitu :
1. Teori Motivated Forgetting merupakan proses melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan.
2. Teori Decay adalah sebuah informasi dalam memori dalam bentuk jejak memori yang sering dikenal dengan memory trace atau punah.
3. Teori Interferensi yang memiliki dua jenis yaitu retro aktif (informasi baru merusak proses mengingat informasi yang telah disimpan) dan pro aktif(informasi yang disimpan dalam memori merusak proses mengingat informasi yang baru saja disimpan).

4. Teori Retrieval Failure merupakan proses gagal mengingat karena tidak adanya sebuah petunjuk yang memadai.

SUMBER :
http://berlia-pardyani.blogspot.com/2012/03/ingatan-memory.html                     
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Mahmud, M. Dimyati. 1991. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Terapan. Yogyakarta: PBFE.
Purwanto, M. Ngalim. 1999. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suyanto, Agus. 1993. Psikologi Umum. Jakarta: Bumi Aksara. Cet. 9
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. ed. rev. Cetakan keempaat belas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mustaqim. 2004. Psikologi Pendidikan. Cetakan Ketiga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Walgito, Bimo. 1990. Pengantar Psikologi Umum. ed. rev. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Andi Offset dit or delete it and start blogging!
Almazini.P. Mengoptimalkan Daya Ingat. www.makelarz.blogspot.com. 19 September 2008.
Hilary. Memory Otak. http://hi4ry.worspress.com/. 23 Oktober 2007.
NN. Memori Jangka Pendek. www.groups.yahoo.com. 19 September 2008.
N.N. Meningkatkan Daya Ingat. http://www.e-edukasi.net. 19 September 2008.
Riyanti, D.B.P., Prabowo, H,. Puspitawati, I,. (1996) . Psikologi Umum 1: Seri Diktat Kuliah Editor: Hendro Prabowo. Jakarta. Fakultas Psikologi Gunadarma