BAB
II
PEMBAHASAN
II.I
Perkembangan Psikososial
Erikson
mengatakan bahwa perkembangan memiliki prinsip epigenetik, yaitu kehidupan
organisme yang baru itu berkembang dari sumber yang memiliki identitas yang
tidak berbda dengan organisme yang baru dan perkembangannya pun bertahap.
Seperti contoh perkembangan bunga mawar, jika kita mengganggu perkembangan
bunga tersebut, maka kita akan merusak seluruh bagian bunga tersebut. Freud
menyatakan terdapat lima tahapan di dalam perkembangan, sedangkan Erikson
menyatakan delapan tahap perkembangan. Freud menyatakan bahwa orang tua
berpengaruh pada perkembangan anaknya
yang bersifat dramatik, sedangkan Erikson menyatakan bahwa perkembangan anak
yang dipengaruhi oleh orang tua adalah baik.
Tahapan Perkembangan Menurut Erikson
Tahap
Usia
|
Krisis
Psikososial
|
Lingkungan
Sosial Utama
|
Modalities
Psikososial
|
Virtue
Psikososial
|
Meladaption
& Malignancied
|
I
(0-1) bayi
|
Trust
vs mistrust
|
Ibu
|
Mengambil,
mengembalikan
|
Harapan,
kepercayaan
|
Sensory
Distortion Withdrawal
|
II
(2-3) awal anak
|
Autonomy
vs shame, adoubt
|
Orangtua
|
Mempertahankan,
merelakan
|
Keinginan,
penentuan
|
Impulsivity
Compulsion
|
III
((3-6) prasekolah
|
Initiative
vs guilt
|
Keluarga
|
Bermain
|
Kegunaan,
keberanian
|
Ruthlessness
Inhibition
|
IV
(7-12) anak usia sekolah
|
Industry
vs Isolation
|
Tetangga
dan sekolah
|
Melengkapi,
membuat sesuatu bersama
|
Kompetensi
|
Narrow
Virtuosity Inertia
|
V
(12-18) remaja
|
Ego
identity vs role confusion
|
Teman
sebaya, role models
|
Menjadi
diri sendiri
|
Ketaatan,
kesetiaan
|
Fanacitism,
Repudiation
|
VI
(20) dewasa awal
|
Intimacy
vs Isolation
|
Partner,
teman
|
Kehilangan
dan menemukan diri dalam orang lain
|
Cinta
|
Promiseuty
Exclusivity
|
VII
(20-50) dewasa madya
|
Generativity
vs self absorption
|
Rumah
tangga, teman kerja
|
Ikin
suatu hal terjadi, menjaga
|
Kepedulian
|
Overextension,
penolakan
|
VIII
(50) usia tua
|
Integrity vs despair
|
Kehidupan
manusia
|
To be, through having been, to face
not being
|
Kebijaksanaan
|
Kesombongan,
putus asa
|
Dalam
teori perkembangan psikososial Erikson, terdapat delapan tahapan, yakni :
- Tahapan
pertama atau tingkat infancy (oral)
Pada
tahapan ini, seorang anak akan belajar mempercayai tanpa menghapus rasa curiga.
Anak tersebut percaya akan merasa aman dalam lindungan orang tuanya. Tapi dalam
kenyataannya, sangat banyak orang tua yang terlalu melindungi anaknya sehingga
anak tersebut akan bimbang dan menjadi “malignant
tendecy of with drawal”.
- Tahapan
kedua atau tingkat anal muscular
Dalam
tahap ini, kita wajib diberikan kesabaran dan toleransi dalam membantu anak dan
hal tersebut akan membantu perkembangan anak. Anak akan menyeimbangkan
kebebasannya dengan rasa malu dan ragu.
- Tahapan
ketiga atau tingkat genital
locomotor
Dalam
tahap ini, seorang anak akan belajar untuk berinisiatif tanpa terlalu banyak
merasa bersalah. Terkadang banyak orang salah persepsi dan menyebut anak
tersebut dengan sebutan “anak nakal”. Pada tahapan ini, anak tersebut akan
memiliki banyak inisistif dan ide, bahkan berusaha untuk mengubah sesuatu
menjadi kenyataan.
- Tahapan
keempat atau tingkat latensi
Pada
tahapan ini, seorang anak akan belajar memasuki dunia pendidikan formal. Ia
harus mengendalikan rasa imajinasi dan menggantinya dengan pendidikan, tetapi
tidak sepenihnya imajinasi tersebut akan hilang.
- Tahapan
kelima atau tingkat remaja
Dimulai
dengan pubertas dan mencari jati diri untuk menghindari kebingungan ialah tahap
pada tahapan ini. Bila remaja berhasil pada tahap ini, maka akan menemukan
tujuan yang oleh Erikson disebut dengan kesetiaan.
- Tahapan
Keenam atau tingkat dewasa muda
Penyakit
yang terdapat dalam tahapan ini ialah keterasingan, yaitu kecenderungan untuk
mengisolasi diri dari semua, dari cinta, dari pertemanan dan dari komunitas.
Pada tahapan ini, seorang individu akan memiliki kemampuan untuk menjadi lebih
dekat dengan orang lain, seperti kekasih, teman, sahabat.
- Tahapan
ketujuh atau tingkat dewasa madya
Pada
tahap ini, individu tersebut akan mengelola keseimbangan antara kegairahan
hidup dengan kejenuhan. Jika ia berhasil pada tahap ini, maka ia akan memiliki
kemampuan untuk perduli pada orang lain yang membantunya melewati masa
hidupnya.
- Tahapan
kedelapan
Erikson
menyatakan bahwa individu yang mencapai tahap ini ialah baik, apabila
mencapainya diperkirakan perkembangan individu itu akan terhambat oleh masalah
yang baru. Biasanya, tahapan ini terjadi ketika anak-anak mereka sudah
meninggalkan rumah dan tidak tinggal bersama lagi dengan mereka. Pada tahap ini
pula, individu tersebut akan mengembangkan integritas ego dengan jumlah
keputus-asaan yang seminimal mungkin.
Enam
pokok pikiran yang dapat dipakai untuk memahami teori perkembangan psikososial
Erikson, ialah :
- Prinsip
epigenetik
- Interaksi
bertentangan
- Kekuatan
ego
- Aspek
somatis
- Konflik
dan peristiwa pancaragam (multiplicyti
of conflict and event)
- Krisis
identitas
II.II
Perkembangan Sosial
Pengertian perkembangan sosial adalah
sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain.
Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai
dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan
sosial adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah
komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan
sosial adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan
menyesuaikan diri.
Perkembangan emosional adalah luapan
perasaan ketiak anak berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian dapat
dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat dipisahkan. Dengan
kata lain membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional.
Pengertian
perkembangan sosial menurut beberapa ahli
Perkembangan sosial
adalah kemajuan yang progresif
melalui kegiatan yang terarah
dari individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah
lakunya yang luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang
layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.Menurut Elizabeth B.
Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau
tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di
masyarakat.
Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial
merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan
terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang menyangkut
norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.Abu Ahmadi, berpendapat bahwa
perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia itu lahir. Sebagai contoh, anak
menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa. Hal ini membuktikan
adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
Jadi, dapat diartikan bahwa perkembangan
sosial akan menekankan perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat progresif.
Seorang individu yang lebih besar tidak bersifat statis dalam pergaulannya,
karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan
kelompok dimana ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.
Teori perkembangan sosial merupakan salah
satu teori dalam psikologi yang di aplikasikan dalam hubungan sosial. Sehingga
teori perkembangan sosial tidak lepas dari kajian individu dengan lingkungan
sosialnya. Banyak teori perkembangan sosial yang populer saat ini, seperti
perkembangan seksual Erick Erickson, Perkembangan sosial Lev Vygotsky,
perkembangan sosial Albert Bandura, Perkembangan sosial Jean Piaget dan
beberapa ahli lannnya yang mengemukakan teori perkembangan sosial.
Yang perlu di catat bahwa, teori
perkembangan sosial, oleh para ahli selalu di kaitkan dengan perkembangan
lainnya, yang menjadi latar kajian para ahli. Seperti psikososial Erick Erikson
(antara psikologis dan sosial, latarnya adalah psikoanalisa), perkembangan
sosial learning oleh Albert bandura (antara belajar dan sosialisasi, latarnya
adalah psikologi kognitif) dan lain-lain. Pada ulasan ini, kita akan membahas
secara rinci perkembangan sosial dari Erick Erickson.
Erik Erikson sangat
terkenal dengan tulisannya di bidang psikologi perkembangan. Dengan latar
belakang kajiannya adalah psikoanalisa, dia mengemukakan sebuah teori sosial
dengan nama psikososial. Dia mengembangkan teori yang disebut teori
perkembangan psikososial dimana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia
menjadi delapan tahapan. Teori pekembangan psikososial ini mulai dari bayi
hingga lanjut usia (life span). Jadi teori psikososial merupakan teori yang
lengkap membahas perkembangan dalam semua rentang kehidupan.
Berikut ini terori perkembangan sosial
menurut Erik Erikson yang tergambar pada tahap-tahap perkembangan sebagai
berikut:
Umur
|
Fase Perkembangan
|
Perkembangan Perilaku
|
0 – 1
|
Trust vs Mistrust
|
Tahap pertama adalah tahap pengembangan
rasa percaya diri kepada orang lain, sehingga mereka sangat memerlukan
sentuhan dan pelukan.
|
2 – 3
|
Autonomy vs Shame
|
Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa
pemberontakan anak atau masa “nakalnya”. Namun kenakalannya tidak dapat
dicegah begitu saja, karena tahap ini anak sedang mengembangkan kemampuan
motorik dan mental, sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan
tempat untukmengembangkan motorik dan mental. Pada saat ini anak sangat
terpengaruh oleh orang-orang penting disekitarnya, misal orang tua atau guru.
|
4 – 5
|
Inisiative vs Guilt
|
Mereka banyak bertanya dalam segala hal,
sehingga terkesan cerewet. Mereka juga mengalami perngembangan inisiatif/ide,
sampai pada hal-hal yang berbau fantasi.
|
6 – 11
|
Indusstry vs Inferiority
|
Mereka sudah bisa mengerjakan
tugas-tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki
kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian.
|
12 -18/20
|
Ego-identity vs Role on fusion
|
Tahap ini manusia ingin mencari
identitas dirinya. Anak yang sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin tampil
memegang peran-peran sosial di masyarakat. Namun masih belum bisa mengatur
dan memisahkan tugas dalam peran yang berbeda.
|
18/19 – 30
|
Intimacy vs Isolation
|
Memasuki tahap ini manusia sudah mulai
siap menjalani hubungan intim dengan orang lain, membangun bahtera rumah tangga
bersama calon pilihannya
|
31 – 60
|
Generation vs Stagnation
|
Tahap ini ditandai dengan munculnya
kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah
memasuki usia dewasa
|
60 ke atas
|
Ego Integrity vs putus asa
|
Masa ini dimulai pada usia 60-an, masa
dimana manusia mulai mengembangkan integritas dirinya.
|
Kita melihat dalam
teori pekembangan sosial dari Erick Erickson membahas dua sisi perkembangan
yaitu, perkembangan yang mengalami kesempurnaan dan perkembangan yang mengalami
hambatan. Dua sisi perkembagan ini disajikan dalam usia tertentu, untuk melihat
apakah seseorang sudah sukses melewati fase perkembangan tertentu atau belum.
II.III Perkembangan Emosi
Emosi adalah warna efektif
yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi
seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, anatar lain berupa:
peredaran darah akan bertambah cepat bila marah, pupil mata membesar bila
marah, bulu roma berdiri bila takut, dan lain sebagainya.
Berikut ini akan dibahas beberapa kondisi emosional.
- Cinta/Kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah
kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan
cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan
kemampuan untuk memberinya.
Walaupun para remaja sudah banyak yang bergerak ke
dalam dunia bebas, tetapi dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya.
Remaja membutuhkan kasih sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya
dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya.
Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi
sangat penting, walaupan kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan
secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan
mempunyai sikap permusuhan yang besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya
rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
- Gembira
Individu pada umumnya dapat mengingat kembali
pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang menyenangkan tersebut kita agaknya
mempunyai cerita yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam
perkembangan emosional remaja.
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya
berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia
diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu
mendapat sambutan (diterima) oleh yang dicintai.
- Kemarahan dan Permusuhan
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara
emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan
kepribadian. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena rasa marahnya
seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya rasa marah
kurang lebih sama, tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan
umurnya dan kondisi-kondisi tertentu yang menimbulkan rasa marah atau
meningkatnya penguasaan kendali emosional.
- Ketakutan dan Kecemasan
Menjelang balita mencapai masa anak-anak, kemudian
masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi
pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut sudah
teratasi, tetapi masih banyak yang tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru
muncul karena adanya kecemasan-kecemasan – kecemasan dan rasa berani yang
bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu.
Beberapa di antara mereeka merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila
mereka dalam bahaya. Beberapa orang mengalami rasa takut secara berulang-ulang
dengan kejadiian dalam kehidupan sehari-hari, atau karena mimpi-mimpi, atau
karena pikiran-pikiran mereka sendiri. Beberapa orang dapat mengalami rasa
takut sampai berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu.
Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa,
seringkali berusaha untuk mengatasi ketakutan-ketakutan yang timbul dari
persoalan-persoalan kehidupan. Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya
dalam kehidupan dapat tanpa rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut,
seperti terjadi bila seseorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai
apa ada sekarang atau masa depan yang tidak menentu.
3.3 Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Perkembangan Emosi
Dalam
sejumlah penelitian, perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan
faktor belajar. Kedua faktor itu terjalin erat satu sama lain dan
akan mempengaruhi perkembangan intelektual. Hal itu akan menghasilkan suatu
kemampuan berpikir kritis, mengingat, dan menghafal. Selain itu, individu akan
menjadi reaktif terhadap rangsangan.
Dalam faktor belajar, terdapat metode-metode yang
menunjang perkembangan emosi. Diantaranya :
- Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan
emosinya dalam bentuk perilaku yang dapat memberikan kepuasan sedikit atau
bahkan tidak memberikan kepuasan.
- Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang dapat
membangkitkan emosi orang lain.
- Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak akan menirukan reaksi emosional orang yang
dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat.
- Belajar melalui pengondisian
Objek atau situasi yang mulanya gagal memancing reaksi
emosional kemudian berhasil melalui metode asosiasi.
- Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika
suatu emosi terangsang. Dapat melalui pelatihan maupun yang lainnya.
Banyak
kondisi sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dalam
hubungannya dengan orang lain yang membawa perubahan untuk menyatakan emosi.
Orang tua dan guru berhak menyadari perubahan ekspresi ini karena tidak berarti
emosi tidak lagi berperan dalam kehidupan mereka. Mereka juga tetap membutuhkan
rangsangan dan respons untuk mengembangkan pengalaman dan kemampuannya.
Bertambahnya umur juga akan berpengaruh signifikan terhadap perubahan irama
emosional. Terutama faktor pengetahuan dan pengalaman.
II.IV
Perkembangan Psikoseksual
Menurut Sigmund Freud (1856-1939) fase-fase perkembangan individu didorong
oleh energi psikis yang disebut libido. Libido ini merupakan energi yang bersifat seksual
(diartikan secara luas sebagi dorongan kehidupan) dan sudah ada sejak bayi.
Setiap tahap perkembangan ditandai dengan berfungsinya dengan dorongan-dorongan
tersebut pada daerah tubuh tertentu. Freud membagi perkembangan menjadi 5 fase,
yaitu :
1. Fase Oral
(0-1 tahun). Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada
mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan atau minum susu.
Obejek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat menetek. Bila anak tidak
menyusu pada ibunya, ia memperoleh kepuasan oral dengan memasukkan jari-jari
tangannyake mulut.
2. Fase anal
(1-3 tahun). Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di daerah anus,
terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajar
disiplin pada anak (termasuk toilet training). Pada masa ini anak
sudah menjadi individu yang mampu bertangung jawab atas beberapa kegiatan
tertentu.
3. Fase Falik
(3-5 tahun). Anak memindahkannya pusat kepuasan pada daerah kelamin. Anak mulai
tertarik pada perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Ibu menjadi
tokoh yang memberikan kasih sayang perlindungan (rasa aman) dan tempat mengadu
menghadapi persoalan. Pada anak laki-laki keterdekatan pada ibunya menimbulkan
gairah seksual dan perasaan cinta yang disebut Oedipus Kompleks.
Tapi perasaan ini terhalang dengan adanya tokoh ayah. Kompleks ini kemudian
diikuti oleh kecemasan kastrasi (takut dipotong alat
kelaminnya) sehingga menimbulkan perilaku menurut dan meniru tindak-tanduk
saingannya. Konflik ini terpecahkan bila anak sudah dapat menerima, menyukai,
dan mengagumi saingannya sehingga menjadi model dari perilakunya (ego ideal).
4. Fase Laten
(5-12 tahun). Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami perkembangan pesat
pada aspek motorik dan kognitif. Kecemasan dan ketakutan yang timbul pada
masa-masa sebelumnya ditekan (repressed). Anak laki-laki lebih banyak
bergaul dengan teman sejenis, demikian pila wanita. Oleh karena itu, fase ini
disebut juga fase homoseksual alamiah. Anak mencari figur ideal diantara orang
dewasa berjenis kelamin sama dengannya.
Fase Genital (12 tahun ke atas). Alat-alat
reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin.
Energi psikis (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual.
Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan
jenis. Pengalaman-pengalaman di masa lalu menjadi bekal yang amat berpengaruh
pada remaja yang sedang menapak ke dunia dewasa, dunia karir, dan dunia rumah
tangga.SUMBER :
Adz-Dzaky, Hamdani, Bakran. 2002. Bimbingan dan Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta : Fajar
Pustaka Baru.
Ahyadi, Abdul Aziz. 1995. Psiko Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung : Sinar baru
Algendinso.
Al Qur’an
Allport, Gordon, W., 1961. Pattern and Growth in Personality. New York : Holts, Rinehart and
Winston.
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.
Bischof, Ledford J. 1964. Interpreting Personality Theories. New York : Harper & Row
Publisher.
Bryne, Donn and Kelly Kathryn. 1981. Third Edition, An Introduction To
Personality, New Jersey : Prentice-Hall.
Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang, Jakarta.
Drs. Zulkifli L. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Drs. Zulkifli L. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Eka Izzaty, Rita. Perkembangan Peserta Didik
Eka Izzaty, Rita. Perkembangan
Peserta Didik
Fatimah, Enung. 2010. Psikologi
perkembangan (perkembangan peserta didik).Bandung: CV Pustaka Setia
Gema Karya. 1993. No.24/XII.
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner. 1985. Introduction to Theories of Personality. New
York : John Wiley and Sons.
Hasyim, Umar. 1983. Cara Mendidik Anak dalam Islam. Surabaya : Bina Ilmu.
Hogan, Robert. 1997. Hand Book of Personality. New Yok : Academic Press.
Hurlock, Elizabeth B. 1974. Personality Development. New York : McGraw-Hill Book Company.
Hurlock, Elizabeth B. 1986. Personality Development. New Delhi : Tata McGraw-Hill Publishing
Company.
Hurlock. Psikologi Perkembangan
Kartono, Kartini. 1971. Teori Kepribadian dan Mental Hygine. Bandung : Alumni.
Maddi, Salvatore R. 1968. Personality Theories. Illonois : The Dorsey Press.
Majelis Ulama Indonesia. 1987. Memelihara Kelangsungan. Hidup Anak Menurut Ajaran Islam.
Marimba, Ahmad. 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al Ma’rif.
Mujib, Abdul. 1999. Fitrah dan Kepribadian Islam. Jakarta : Darul Falah.
Musnawar, Thohari. 1982. Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta : UII Press.
Najati, Utaman. 1985. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung : Pustaka.
Nelson Jones, Richard. 1995. Conceling & Personality. Sydney : Allen & Unwin.
Nurihsan, Juntika. 2004. Manajemen Bimbingan dan Bimbingan dan Bimbingan Konseling. Jakarta
: Grasindo.
Nurihsan, Juntika. 2004. Strategi Bimbingan dan Bimbingan Konseling. Bandung : refika.
Pervin, Lawrence A. 1970. Personality Theory, Assessment & Research. New York : John
Wiley and Sons Inc.
Pervin, Lawrence A. 1984. Fourth Edition, Personality: Theory and Research. New York : John Wiley
and Sons, Inc.
Peterson, Candida. 1996. Third Edition, Looking Forward Through The Lifespan. New York : Prentice
Hall.
Phares, E Jerry. 1988. Inroduction to Personality. London : Scott Foresman Company.
Pribadi, Sikun. 1981. Menuju Keluarga Bijaksana. Bandung : Yayasan Sekolah Istri
Bijaksana.
Prof. Dr. H. Djaal. Psikologi Pendidikan
Prof. Dr. H. Djaal. Psikologi Pendidikan
Riyanti, B. P. D., Prabowo, H., Puspitawati, I.
(1996). Psikologi umum I: seri diklat kuliah. Jakarta:
Gunadarma.
Santrock. Life Span
Schultz Duane & Schultz Sydney Allen. 1994. Theories of Personality. California :
Brooks/Cole Publishing Company.
Semiawan, Conny, dkk. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas Sekolah menengah. Jakarta : Gramedia.
Simmons, Steve. 1997. Measuring Emotional Intelligence. Texas : The Summit Publishing
Group.
Sjarkawi. 2005. Pembentukan
Kepribadian Anak.Jambi: Bumi Aksara
Soemiarti, Patmonodewo. 1995. Pendidikan Anak Pra-sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Sunarto.
1995.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:Rineka Cipta
Suryabrata, Sumadi. 1996. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Usman Najati. 1985. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung : Pustaka.
Weiten Wayne & Lioyd Margaret A. 1994. Psychology Applied to Modern Life.
California : Brooks/Cole Publishing Company.
Yusanto, Ismail, dan Sigit Purnawan Jati. 2002. Membangun Kepribadian Islam. Jakarta :
Kahirul Bayan.
Yusuf, Syamsu LN. 2000. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar