Minggu, 23 November 2014

CONTOH MAKALAH INDIVIDU PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL, SOSIAL, EMOSIONAL DAN PSIKOSEKSUAL

BY : GRACE AUDINA

BAB II
PEMBAHASAN
II.I Perkembangan Psikososial
Erikson mengatakan bahwa perkembangan memiliki prinsip epigenetik, yaitu kehidupan organisme yang baru itu berkembang dari sumber yang memiliki identitas yang tidak berbda dengan organisme yang baru dan perkembangannya pun bertahap. Seperti contoh perkembangan bunga mawar, jika kita mengganggu perkembangan bunga tersebut, maka kita akan merusak seluruh bagian bunga tersebut. Freud menyatakan terdapat lima tahapan di dalam perkembangan, sedangkan Erikson menyatakan delapan tahap perkembangan. Freud menyatakan bahwa orang tua berpengaruh  pada perkembangan anaknya yang bersifat dramatik, sedangkan Erikson menyatakan bahwa perkembangan anak yang dipengaruhi oleh orang tua adalah baik.
Tahapan Perkembangan Menurut Erikson
Tahap Usia
Krisis Psikososial
Lingkungan Sosial Utama
Modalities Psikososial
Virtue Psikososial
Meladaption & Malignancied
I (0-1) bayi
Trust vs mistrust
Ibu
Mengambil, mengembalikan
Harapan, kepercayaan
Sensory Distortion Withdrawal
II (2-3) awal anak
Autonomy vs shame, adoubt
Orangtua
Mempertahankan, merelakan
Keinginan, penentuan
Impulsivity Compulsion
III ((3-6) prasekolah
Initiative vs guilt
Keluarga
Bermain
Kegunaan, keberanian
Ruthlessness Inhibition
IV (7-12) anak usia sekolah
Industry vs Isolation
Tetangga dan sekolah
Melengkapi, membuat sesuatu bersama
Kompetensi
Narrow Virtuosity Inertia
V (12-18) remaja
Ego identity vs role confusion
Teman sebaya, role models
Menjadi diri sendiri
Ketaatan, kesetiaan
Fanacitism, Repudiation
VI (20) dewasa awal
Intimacy vs Isolation
Partner, teman
Kehilangan dan menemukan diri dalam orang lain
Cinta
Promiseuty Exclusivity
VII (20-50) dewasa madya
Generativity vs self absorption
Rumah tangga, teman kerja
Ikin suatu hal terjadi, menjaga
Kepedulian
Overextension, penolakan
VIII (50) usia tua
Integrity vs despair
Kehidupan manusia
To be, through having been, to face not being
Kebijaksanaan
Kesombongan, putus asa

Dalam teori perkembangan psikososial Erikson, terdapat delapan tahapan, yakni :
  1. Tahapan pertama atau tingkat infancy (oral)
Pada tahapan ini, seorang anak akan belajar mempercayai tanpa menghapus rasa curiga. Anak tersebut percaya akan merasa aman dalam lindungan orang tuanya. Tapi dalam kenyataannya, sangat banyak orang tua yang terlalu melindungi anaknya sehingga anak tersebut akan bimbang dan menjadi “malignant tendecy of with drawal”.
  1. Tahapan kedua atau tingkat anal muscular
Dalam tahap ini, kita wajib diberikan kesabaran dan toleransi dalam membantu anak dan hal tersebut akan membantu perkembangan anak. Anak akan menyeimbangkan kebebasannya dengan rasa malu dan ragu.
  1. Tahapan ketiga atau tingkat genital locomotor
Dalam tahap ini, seorang anak akan belajar untuk berinisiatif tanpa terlalu banyak merasa bersalah. Terkadang banyak orang salah persepsi dan menyebut anak tersebut dengan sebutan “anak nakal”. Pada tahapan ini, anak tersebut akan memiliki banyak inisistif dan ide, bahkan berusaha untuk mengubah sesuatu menjadi kenyataan.
  1. Tahapan keempat atau tingkat latensi
Pada tahapan ini, seorang anak akan belajar memasuki dunia pendidikan formal. Ia harus mengendalikan rasa imajinasi dan menggantinya dengan pendidikan, tetapi tidak sepenihnya imajinasi tersebut akan hilang.
  1. Tahapan kelima atau tingkat remaja
Dimulai dengan pubertas dan mencari jati diri untuk menghindari kebingungan ialah tahap pada tahapan ini. Bila remaja berhasil pada tahap ini, maka akan menemukan tujuan yang oleh Erikson disebut dengan kesetiaan.
  1. Tahapan Keenam atau tingkat dewasa muda
Penyakit yang terdapat dalam tahapan ini ialah keterasingan, yaitu kecenderungan untuk mengisolasi diri dari semua, dari cinta, dari pertemanan dan dari komunitas. Pada tahapan ini, seorang individu akan memiliki kemampuan untuk menjadi lebih dekat dengan orang lain, seperti kekasih, teman, sahabat.
  1. Tahapan ketujuh atau tingkat dewasa madya
Pada tahap ini, individu tersebut akan mengelola keseimbangan antara kegairahan hidup dengan kejenuhan. Jika ia berhasil pada tahap ini, maka ia akan memiliki kemampuan untuk perduli pada orang lain yang membantunya melewati masa hidupnya.
  1. Tahapan kedelapan
Erikson menyatakan bahwa individu yang mencapai tahap ini ialah baik, apabila mencapainya diperkirakan perkembangan individu itu akan terhambat oleh masalah yang baru. Biasanya, tahapan ini terjadi ketika anak-anak mereka sudah meninggalkan rumah dan tidak tinggal bersama lagi dengan mereka. Pada tahap ini pula, individu tersebut akan mengembangkan integritas ego dengan jumlah keputus-asaan yang seminimal mungkin.
Enam pokok pikiran yang dapat dipakai untuk memahami teori perkembangan psikososial Erikson, ialah :
  1. Prinsip epigenetik
  2. Interaksi bertentangan
  3. Kekuatan ego
  4. Aspek somatis
  5. Konflik dan peristiwa pancaragam (multiplicyti of conflict and event)
  6. Krisis identitas

II.II Perkembangan Sosial
Pengertian perkembangan sosial adalah sebuah proses interaksi yang dibangun oleh seseorang dengan orang lain. Perkembangan sosial ini berupa jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Perkembangan sosial adalah proses belajar mengenal normal dan peraturan dalam sebuah komunitas. Manusia akan selalu hidup dalam kelompok, sehingga perkembangan sosial adalah mutlak bagi setiap orang untuk di pelajari, beradaptasi dan menyesuaikan diri.
Perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketiak anak berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan sosial emosional tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain membahas perkembangan sosial harus melibatkan emosional.
Pengertian perkembangan sosial menurut beberapa ahli
Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.
Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.Abu Ahmadi, berpendapat bahwa perkembangan sosial telah dimulai sejak manusia itu lahir. Sebagai contoh, anak menangis saat dilahirkan, atau anak tersenyum saat disapa. Hal ini membuktikan adanya interaksi sosial antara anak dan lingkungannya.
Jadi, dapat diartikan bahwa perkembangan sosial akan menekankan perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang individu yang lebih besar tidak bersifat statis dalam pergaulannya, karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan kelompok dimana ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.
Teori perkembangan sosial merupakan salah satu teori dalam psikologi yang di aplikasikan dalam hubungan sosial. Sehingga teori perkembangan sosial tidak lepas dari kajian individu dengan lingkungan sosialnya. Banyak teori perkembangan sosial yang populer saat ini, seperti perkembangan seksual Erick Erickson, Perkembangan sosial Lev Vygotsky, perkembangan sosial Albert Bandura, Perkembangan sosial Jean Piaget dan beberapa ahli lannnya yang mengemukakan teori perkembangan sosial.
Yang perlu di catat bahwa, teori perkembangan sosial, oleh para ahli selalu di kaitkan dengan perkembangan lainnya, yang menjadi latar kajian para ahli. Seperti psikososial Erick Erikson (antara psikologis dan sosial, latarnya adalah psikoanalisa), perkembangan sosial learning oleh Albert bandura (antara belajar dan sosialisasi, latarnya adalah psikologi kognitif) dan lain-lain. Pada ulasan ini, kita akan membahas secara rinci perkembangan sosial dari Erick Erickson.
Erik Erikson sangat terkenal dengan tulisannya di bidang psikologi perkembangan. Dengan latar belakang kajiannya adalah psikoanalisa, dia mengemukakan sebuah teori sosial dengan nama psikososial. Dia mengembangkan teori yang disebut teori perkembangan psikososial dimana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan. Teori pekembangan psikososial ini mulai dari bayi hingga lanjut usia (life span). Jadi teori psikososial merupakan teori yang lengkap membahas perkembangan dalam semua rentang kehidupan.
Berikut ini terori perkembangan sosial menurut Erik Erikson yang tergambar pada tahap-tahap perkembangan sebagai berikut:
Umur
Fase Perkembangan
Perkembangan Perilaku
0 – 1
Trust vs Mistrust
Tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri kepada orang lain, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.
2 – 3
Autonomy vs Shame
Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa “nakalnya”. Namun kenakalannya tidak dapat dicegah begitu saja, karena tahap ini anak sedang mengembangkan kemampuan motorik dan mental, sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untukmengembangkan motorik dan mental. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting disekitarnya, misal orang tua atau guru.
4 – 5
Inisiative vs Guilt
Mereka banyak bertanya dalam segala hal, sehingga terkesan cerewet. Mereka juga mengalami perngembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi.
6 – 11
Indusstry vs Inferiority
Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar. Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian.
12 -18/20
Ego-identity vs Role on fusion
Tahap ini manusia ingin mencari identitas dirinya. Anak yang sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat. Namun masih belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran yang berbeda.
18/19 – 30
Intimacy vs Isolation
Memasuki tahap ini manusia sudah mulai siap menjalani hubungan intim dengan orang lain, membangun bahtera rumah tangga bersama calon pilihannya
31 – 60
Generation vs Stagnation
Tahap ini ditandai dengan munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia dewasa
60 ke atas
Ego Integrity vs putus asa
Masa ini dimulai pada usia 60-an, masa dimana manusia mulai mengembangkan integritas dirinya.

Kita melihat dalam teori pekembangan sosial dari Erick Erickson membahas dua sisi perkembangan yaitu, perkembangan yang mengalami kesempurnaan dan perkembangan yang mengalami hambatan. Dua sisi perkembagan ini disajikan dalam usia tertentu, untuk melihat apakah seseorang sudah sukses melewati fase perkembangan tertentu atau belum.

II.III Perkembangan Emosi
Emosi adalah warna efektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi seringkali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, anatar lain berupa: peredaran darah akan bertambah cepat bila marah, pupil mata membesar bila marah, bulu roma berdiri bila takut, dan lain sebagainya.
Berikut ini akan dibahas beberapa kondisi emosional.
  1. Cinta/Kasih sayang
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.
Walaupun para remaja sudah banyak yang bergerak ke dalam dunia bebas, tetapi dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja membutuhkan kasih sayang dari orang tua di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya.
Kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta menjadi sangat penting, walaupan kebutuhan-kebutuhan akan perasaan itu disembunyikan secara rapi. Para remaja yang berontak secara terang-terangan, nakal, dan mempunyai sikap permusuhan yang besar kemungkinannya disebabkan oleh kurangnya rasa cinta dan dicintai yang tidak disadari.
  1. Gembira
Individu pada umumnya dapat mengingat kembali pengalaman-pengalaman yang menyenangkan yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosional remaja.
Rasa gembira akan dialami apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan (diterima) oleh yang dicintai.
  1. Kemarahan dan Permusuhan
Rasa marah merupakan gejala yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena rasa marahnya seseorang mempertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih sama, tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan umurnya dan kondisi-kondisi tertentu yang menimbulkan rasa marah atau meningkatnya penguasaan kendali emosional.
  1. Ketakutan dan Kecemasan
Menjelang balita mencapai masa anak-anak, kemudian masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut sudah teratasi, tetapi masih banyak yang tetap ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan – kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu. Beberapa di antara mereeka merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka dalam bahaya. Beberapa orang mengalami rasa takut secara berulang-ulang dengan kejadiian dalam kehidupan sehari-hari, atau karena mimpi-mimpi, atau karena pikiran-pikiran mereka sendiri. Beberapa orang dapat mengalami rasa takut sampai berhari-hari bahkan sampai berminggu-minggu.
Remaja seperti halnya anak-anak dan orang dewasa, seringkali berusaha untuk mengatasi ketakutan-ketakutan yang timbul dari persoalan-persoalan kehidupan. Tidak ada seorang pun yang menerjunkan dirinya dalam kehidupan dapat tanpa rasa takut adalah menyerah terhadap rasa takut, seperti terjadi bila seseorang begitu takut sehingga ia tidak berani mencapai apa ada sekarang atau masa depan yang tidak menentu.
3.3       Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Emosi
            Dalam sejumlah penelitian, perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar. Kedua faktor itu terjalin erat satu sama lain dan akan mempengaruhi perkembangan intelektual. Hal itu akan menghasilkan suatu kemampuan berpikir kritis, mengingat, dan menghafal. Selain itu, individu akan menjadi reaktif terhadap rangsangan.
Dalam faktor belajar, terdapat metode-metode yang menunjang perkembangan emosi. Diantaranya :
  1. Belajar dengan coba-coba
Anak belajar dengan coba-coba untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk perilaku yang dapat memberikan kepuasan sedikit atau bahkan tidak memberikan kepuasan.
  1. Belajar dengan cara meniru
Dengan cara meniru dan mengamati hal-hal yang dapat membangkitkan emosi orang lain.
  1. Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak akan menirukan reaksi emosional orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat.
  1. Belajar melalui pengondisian
Objek atau situasi yang mulanya gagal memancing reaksi emosional kemudian berhasil melalui metode asosiasi.
  1. Belajar di bawah bimbingan dan pengawasan
Anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika suatu emosi terangsang. Dapat melalui pelatihan maupun yang lainnya.
            Banyak kondisi sehubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dalam hubungannya dengan orang lain yang membawa perubahan untuk menyatakan emosi. Orang tua dan guru berhak menyadari perubahan ekspresi ini karena tidak berarti emosi tidak lagi berperan dalam kehidupan mereka. Mereka juga tetap membutuhkan rangsangan dan respons untuk mengembangkan pengalaman dan kemampuannya. Bertambahnya umur juga akan berpengaruh signifikan terhadap perubahan irama emosional. Terutama faktor pengetahuan dan pengalaman.

II.IV Perkembangan Psikoseksual
Menurut Sigmund Freud (1856-1939) fase-fase perkembangan individu didorong oleh energi psikis yang disebut libido. Libido ini merupakan energi yang bersifat seksual (diartikan secara luas sebagi dorongan kehidupan) dan sudah ada sejak bayi. Setiap tahap perkembangan ditandai dengan berfungsinya dengan dorongan-dorongan tersebut pada daerah tubuh tertentu. Freud membagi perkembangan menjadi 5 fase, yaitu :

1.     Fase Oral (0-1 tahun). Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya. Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan atau minum susu. Obejek sosial terdekat adalah ibu, terutama saat menetek. Bila anak tidak menyusu pada ibunya, ia memperoleh kepuasan oral dengan memasukkan jari-jari tangannyake mulut.
2.     Fase anal (1-3 tahun). Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di daerah anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajar disiplin pada anak (termasuk toilet training). Pada masa ini anak sudah menjadi individu yang mampu bertangung jawab atas beberapa kegiatan tertentu.
3.     Fase Falik (3-5 tahun). Anak memindahkannya pusat kepuasan pada daerah kelamin. Anak mulai tertarik pada perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Ibu menjadi tokoh yang memberikan kasih sayang perlindungan (rasa aman) dan tempat mengadu menghadapi persoalan. Pada anak laki-laki keterdekatan pada ibunya menimbulkan gairah seksual dan perasaan cinta yang disebut Oedipus Kompleks. Tapi perasaan ini terhalang dengan adanya tokoh ayah. Kompleks ini kemudian diikuti oleh kecemasan kastrasi (takut dipotong alat kelaminnya) sehingga menimbulkan perilaku menurut dan meniru tindak-tanduk saingannya. Konflik ini terpecahkan bila anak sudah dapat menerima, menyukai, dan mengagumi saingannya sehingga menjadi model dari perilakunya (ego ideal).
4.     Fase Laten (5-12 tahun). Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami perkembangan pesat pada aspek motorik dan kognitif. Kecemasan dan ketakutan yang timbul pada masa-masa sebelumnya ditekan (repressed). Anak laki-laki lebih banyak bergaul dengan teman sejenis, demikian pila wanita. Oleh karena itu, fase ini disebut juga fase homoseksual alamiah. Anak mencari figur ideal diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya.
Fase Genital (12 tahun ke atas). Alat-alat reproduksi sudah mulai masak, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis. Pengalaman-pengalaman di masa lalu menjadi bekal yang amat berpengaruh pada remaja yang sedang menapak ke dunia dewasa, dunia karir, dan dunia rumah tangga.

SUMBER : 
Adz-Dzaky, Hamdani, Bakran. 2002. Bimbingan dan Konseling dan Psikoterapi Islam. Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru.
Ahyadi, Abdul Aziz. 1995. Psiko Agama Kepribadian Muslim Pancasila. Bandung : Sinar baru Algendinso.
Al Qur’an
Allport, Gordon, W., 1961. Pattern and Growth in Personality. New York : Holts, Rinehart and Winston.
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press.
Bischof, Ledford J. 1964. Interpreting Personality Theories. New York : Harper & Row Publisher.
Bryne, Donn and Kelly Kathryn. 1981. Third Edition, An Introduction To Personality, New Jersey : Prentice-Hall.
Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta : Bulan Bintang, Jakarta.
Drs. Zulkifli L.  2009. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya
Drs. Zulkifli L. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Eka Izzaty, Rita. Perkembangan Peserta Didik
Eka Izzaty, Rita. Perkembangan Peserta Didik 
Fatimah, Enung. 2010. Psikologi perkembangan (perkembangan peserta didik).Bandung: CV Pustaka Setia
Gema Karya. 1993. No.24/XII.
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner. 1985. Introduction to Theories of Personality. New York : John Wiley and Sons.
Hasyim, Umar. 1983. Cara Mendidik Anak dalam Islam. Surabaya : Bina Ilmu.
Hogan, Robert. 1997. Hand Book of Personality. New Yok : Academic Press.
Hurlock, Elizabeth B. 1974. Personality Development. New York : McGraw-Hill Book Company.
Hurlock, Elizabeth B. 1986. Personality Development. New Delhi : Tata McGraw-Hill Publishing Company.
Hurlock. Psikologi Perkembangan
Kartono, Kartini. 1971. Teori Kepribadian dan Mental Hygine. Bandung : Alumni.
Maddi, Salvatore R. 1968. Personality Theories. Illonois : The Dorsey Press.
Majelis Ulama Indonesia. 1987. Memelihara Kelangsungan. Hidup Anak Menurut Ajaran Islam.
Marimba, Ahmad. 1962. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : Al Ma’rif.
Mujib, Abdul. 1999. Fitrah dan Kepribadian Islam. Jakarta : Darul Falah.
Musnawar, Thohari. 1982. Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta : UII Press.
Najati, Utaman. 1985. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung : Pustaka.
Nelson Jones, Richard. 1995. Conceling & Personality. Sydney : Allen & Unwin.
Nurihsan, Juntika. 2004. Manajemen Bimbingan dan Bimbingan dan Bimbingan Konseling. Jakarta : Grasindo.
Nurihsan, Juntika. 2004. Strategi Bimbingan dan Bimbingan Konseling. Bandung : refika.
Pervin, Lawrence A. 1970. Personality Theory, Assessment & Research. New York : John Wiley and Sons Inc.
Pervin, Lawrence A. 1984. Fourth Edition, Personality: Theory and Research. New York : John Wiley and Sons, Inc.
Peterson, Candida. 1996. Third Edition, Looking Forward Through The Lifespan. New York : Prentice Hall.
Phares, E Jerry. 1988. Inroduction to Personality. London : Scott Foresman Company.
Pribadi, Sikun. 1981. Menuju Keluarga Bijaksana. Bandung : Yayasan Sekolah Istri Bijaksana.
Prof. Dr. H. Djaal. Psikologi Pendidikan
Prof. Dr. H. Djaal. Psikologi Pendidikan
Riyanti, B. P. D., Prabowo, H., Puspitawati, I. (1996). Psikologi umum I: seri diklat kuliah. Jakarta: Gunadarma.
Santrock. Life Span
Schultz Duane & Schultz Sydney Allen. 1994. Theories of Personality. California : Brooks/Cole Publishing Company.
Semiawan, Conny, dkk. 1984. Memupuk Bakat dan Kreativitas Sekolah menengah. Jakarta : Gramedia.
Simmons, Steve. 1997. Measuring Emotional Intelligence. Texas : The Summit Publishing Group.
Sjarkawi. 2005. Pembentukan Kepribadian Anak.Jambi: Bumi Aksara
Soemiarti, Patmonodewo. 1995. Pendidikan Anak Pra-sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.
Sunarto. 1995.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta:Rineka Cipta
Suryabrata, Sumadi. 1996. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Usman Najati. 1985. Al-Qur’an dan Ilmu Jiwa. Bandung : Pustaka.
Weiten Wayne & Lioyd Margaret A. 1994. Psychology Applied to Modern Life. California : Brooks/Cole Publishing Company.
Yusanto, Ismail, dan Sigit Purnawan Jati. 2002. Membangun Kepribadian Islam. Jakarta : Kahirul Bayan.

Yusuf, Syamsu LN. 2000. Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar