BAB 1
PENDAHULUAN
Manusia
membutuhkan pengetahuan dalam hidupnya agar mendapatkan kualitas hidup yang
lebih baik ke depannya. Bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan dapat kita
lihat dari beberapa hal pengetahuan di dunia seperti penelitian, pengamatan,
eksprimen, pendidikan, dan lain-lain. Pendidikan adalah hal yang harus
didapatkan oleh manusia sejak usia dini. Pendidikan yang baik adalah pendidikan
yang memiliki perencanaan serta penetapan tujuan.
Karena
pentingnya perencanaan, maka kita harus menyusun rencana dengan sebaik-baiknya.
Dengan adanya perencanaan yang bagus,maka tujuan dapat tercapai dengan mudah.
Jika gagal dalam merencanakan tujuan yang ingin dicapainya maka sama artinya
dengan merencanakan kegagalannya
Dalam
pendidikan, dibutuhkan perencanaan agar penetapan tujuan dapat sesuai dengan
yang diinginkan. Didalam makalah ini akan menjelaskan mengenai perencanaan
pendidikan, terdapat 4 tahap perencanaan beserta rencara operasional dan
strategi. Dan didalam penetapan tujuan terdapat misi, fungsi, serta tujuan dan
Management By Objective atau disebut MBO.
BAB
2
ISI
2.1
Perencanaan Pendidikan
2.1.1
Pengertian Perencanaan Pendidikan
a. Konsep
Dasar Perencanaan
Menurut Ulbert Silalahi, perencanaan
merupakan kegiatan menetapkan tujuan serta merumuskan dan mengatur
pendayagunaan manusia, informasi, finansial, metode dan waktu untuk
memaksimalisasi efisiensi dan efektivitas pencapaian tujuan. Sedangkan menurut William H. Newman dalam Abdul Majid,
mengemukakan bahwa “Perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan.
Perencanaan mengandung rangkaian-rangkaian putusan yang luas dan
penjelasan-penjelasan dari tujuan, penentuan kebijakan, penentuan program,
penentuan metode-metode dan prosedur tertentu dan penentuan kegiatan
berdasarkan jadwal sehari-hari.”.
Cunningham dalam Made Pidarta mendefinisikan
bahwa perencanaan yaitu,menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta-fakta,
imajinasi-imajinasi dan asumsi-asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan
memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan urutan kegiatan yang
diperlukan dan prilakudalam batas-batas yang dapat diterima yang akan digunakan
dalam penyelesaian.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia
dinyatakan bahwa Perencanaan adalah proses, cara, perbuatan merencanakan (merancang),
hal itu dilaksanakan sepenuhnya di dalam keluarga. Made Pidarta
mengatakan bahwa perencanaan adalah suatu cara yang memuaskan untuk membuat
organisasi tetap berdiri tegak dan maju sebagai satu sistem dalam suprasistem
yang tetap berubah.
Dari pengertian diatas dapat diartikan
sebagai kegiatan menentukan tujuan dan merumuskan serta mengatur pendayagunaan
sumber-sumber daya seperti informasi, finansial, metode dan waktu yang diikuti
dengan pengambiilan keputusan serta penjelasannya tentang pencapaian tujuan,
penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode-metode dan prosedur
tertentu dan penentuan jadwal pelaksanaan kegiatan.
Secara
lebih luas perencanaan oleh Bintoro Tjokroamidjodjo didefinisikan sebagai
berikut :
1) Perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak
lain adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2) Perencanaan adalah suatu cara bagaimana
mencapai tujuan sebaik-baiknya (maximum
output) dengan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif.
3) Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan
dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana, dan oleh siapa.
Hal
yang hampir sama mengenai pengertian perencanaan dikemukakan oleh Lembaga
Administrasi Negara sebagai berikut :
1) Perencanaan
dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah suatu proses mempersiapkan secara
sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu.
2) Perencanaan
adalah proses penentuan tujuan, penentuan kegiatan, dan penentuan aparat
pelaksana kegiatan untuk mencapai tujuan.
3) Perencanaan
adalah usaha yang diorganisasikan dengan dasar perhitungan untuk memajukan
perkembangan tertentu.
Dari
dua pengertian diatas dalam suatu perencanaan terdapat 5 hal pokok sebagai
berikut :
1) Adanya
tujuan yang hendak dicapai dari sesuatu yang direncanakan.
2) Adanya
rangkaian kegiatan yang tersusun sistematik untuk mencapai tujuan.
3) Sumber
daya manusia yang akan melaksanakan rencana yang disusun untuk mencapai tujuan.
4) Penetapan
jangka waktu kapan rencana akan dilaksanakan.
5) Penerjemahan
rencana ke dalam program yang kongkrit dan nyata serta mudah diaplikasikaan.
Perencanaan pendidikan adalah suatu
usaha melihat ke masa depan dalam hal menemukan kebijaksanaan, prioritas dan
biaya pendidikan dengan mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam
bidang ekonomi, sosial dan politik untuk pengembangan potensi sistem pendidikan
nasional memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik yang dilayani oleh sistem
tersebut. Sedangkan perencanaan dalam arti seluas-luasnya tidak lain adalah
proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan
untuk mencapai tujuan tertentu.
Dari definisi-definisi ini, dapat kami
simpulkan bahwa perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang
berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan, dan menimbang serta
memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat
asas) internal yang berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan
lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang-bidang lain
dalam pembangunan, dan tidak ada batas waktu untuk satu jenis kegiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh
kegiatan lain.
2.1.2
Empat Tahap Dasar Perencanaan
Dalam
perencanaan pendidikan terdapat empat tahap dasar yang harus diperhatikan,
yaitu :
- Tahap
pertama adalah menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Perencanaan
dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan
organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas,organisasi akan menggunakan sumber
daya secara tidak efektif.
- Tahap
kedua yaitu merumuskan keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi organisasi
sekarang dari tujuan yang hendak dicapai atau berbagai sumber daya
yang tersedia untuk pencapaian tujuan merupakan hal yang
sangat penting karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan
datang.
- Tahap
ketiga adalah mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan. Segala
kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan
untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan.
- Tahap
keempat yaitu mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk
pencapaian tujuan. Tahap terakhir dalam proses perencanaan ini meliputi
pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan.
2.1.3
Rencana Operasional
Perencanaan
operasional umumnya merupakan turunan/terjemahan dari tujuan umum suatu
organisasi dalam rentang waktu tertentu. Walau demikian perencanaan operasional
dapat juga digunakan oleh individu untuk keperluan pribadinya, bahkan
dianjurkan agar pekerjaannya terarah dan terorganisir dengan baik.
Perencanaan
operasional adalah perencanaan yang memusatkan perhatiannya pada operasi
sekarang (jangka pendek) dan terutama berkenaan dengan tujuan mencapai
efisiensi.
Perencanaan operasional merupakan kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi tersebut. Lingkup perencanaan ini lebih sempit dibandingkan dengan perencanaan strategi.
Rencana operasional (Renop) merupakan rencana implementasi Rencana stratejik organisasi dalam kurun waktu satu tahun. Renop sering juga disebut Rencana tahunan. Renop berisi langkah-langkah operasional yang akan ditempuh selama satu tahun oleh organisasi, unit-unit, dan atau individu-individu staf dalam rangka mencapai tujuan operasional. Tujuan operasional merupakan jabaran dan tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan stratejik.
Rencana operasional disusun oleh unit-unit atau individu staf yang ada dalam struktur organisasi sekolah dan mengacu pada program yang relevan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Contoh dari rencana operasional antara lain: pengembangan kegiatan kurikuler, pengembangan kegiatan kesiswaan, peningkatan kerjasama dengan masyarakat, dan sebagainya. Rencana operasional berfungsi sebagai alat yang digunakan oleh masing-masing unit penyusunnya sebagai: (1) penjamin bahwa program pengembangan akan terealisasi dalam kegiatan operasional sekolah sehari-hari, (2) pedoman pelaksanaan kegiatan semesteran, bulanan, mingguan, dan harian, dan (3) justifikasi rinci penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja tahunan.
Perencanaan operasional merupakan kebutuhan apa saja yang harus dilakukan untuk mengimplementasikan perencanaan strategi untuk mencapai tujuan strategi tersebut. Lingkup perencanaan ini lebih sempit dibandingkan dengan perencanaan strategi.
Rencana operasional (Renop) merupakan rencana implementasi Rencana stratejik organisasi dalam kurun waktu satu tahun. Renop sering juga disebut Rencana tahunan. Renop berisi langkah-langkah operasional yang akan ditempuh selama satu tahun oleh organisasi, unit-unit, dan atau individu-individu staf dalam rangka mencapai tujuan operasional. Tujuan operasional merupakan jabaran dan tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan stratejik.
Rencana operasional disusun oleh unit-unit atau individu staf yang ada dalam struktur organisasi sekolah dan mengacu pada program yang relevan dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Contoh dari rencana operasional antara lain: pengembangan kegiatan kurikuler, pengembangan kegiatan kesiswaan, peningkatan kerjasama dengan masyarakat, dan sebagainya. Rencana operasional berfungsi sebagai alat yang digunakan oleh masing-masing unit penyusunnya sebagai: (1) penjamin bahwa program pengembangan akan terealisasi dalam kegiatan operasional sekolah sehari-hari, (2) pedoman pelaksanaan kegiatan semesteran, bulanan, mingguan, dan harian, dan (3) justifikasi rinci penyusunan Rencana Anggaran dan Belanja tahunan.
Perencanaan operasional
yang khas :
- Perencanaan
produksi (Production Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan metode
dan teknologi yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
- Perencanaan
keuangan (Financial Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan dana yang
dibutuhkan untuk aktivitas operasional
- Perencanaan
Fasilitas (Facilites Plans) : Perencanaan yang berhubungan dengan
fasilitas&layout pekerjaan yang dibutuhkan untuk mendukung tugas.
- Perencanaan
pemasaran (Marketing Plans) : Berhubungan dengan keperluan penjualan dan
distribusi barang/jasa.
- Perencanaan
sumber daya manusia (Human Resource Plans) : berhubungan dengan
rekruitmen, penyeleksian dan penempatan orang-orang dalam berbagai
pekerjaan.
Perencanaan
operasional bertugas menerjemahkan kedua macam tujuan tadi bersama kebijakannya
kedalam metode, prosedur, dan koordinasi agar tujuan-tujuan tadi dapat
direalisasi. Itulah sebabnya mengapa cunningham dalam pidarta mengatakan
perencanaan operasional doing things right, dalam perencanaan operasional kita
dituntut melakukan sesuatu dengan benar berbeda dengan perencanaan strategi
yang menuntut kita untuk melakukan hal yang benar. Mengerjakan sesuatu dengan
benar berkaitan dengan pelaksanaan, performan yang ingin dicapai dan hasil.
Perencanaan operasional hanya melakukan perintah perencanaan strategi, ia hanya
berusaha agar cita-cita dari perencanaan strategi bisa tercapai.
2.1.4 Rencana Strategik
Perencanaan
Strategis ( Strategic Planning ) adalah sebuah alat manajemen yang
digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi
pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat
digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai
10 tahun ke. Untuk mencapai sebuah strategi yang telah ditetapkan oleh
organisasi dalam rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka para pimpinan organisasi
haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses perencanaan strategis
/ strategic planning. Kemampuan manufaktur, harus dipergunakan secara tepat,
sehingga dapat menjadi sebuah senjata yang unggul dalam sebuah perencanaan
stategi. Untuk mencapai sebuah strategy yang telah ditetapkan oleh organisasi
dalam rangka mempunyai keunggulan kompetitif, maka para pimpinan perusahaan,
manajer operasi, haruslah bekerja dalam sebuah sistem yang ada pada proses
perencanaan strategis. Kemampuan manufaktur, harus dipergunakan secara tepat,
sehingga dapat menjadi sebuah senjata yang unggul dalam sebuah perencanaan stategi.
Perencanaan
strategis secara eksplisit berhubungan dengan manajemen perubahan, hal ini
telah menjadi hasil penelitian beberapa. Lorange menuliskan bahwa strategic
planning adalah kegiatan yang mencakup serangkaian proses dari inovasi dan
mengubah perusahaan, sehingga apabila strategic planning tidak mendukung
inovasi dan perubahan, maka itu adalah kegagalan.
2.2
Penetapan Tujuan
2.2.1 Misi dan Tujuan Organisasi
Misi
merupakan sebuah guidelines yang lebih pragmatis dan konkrit
yang dapat dijadikan acuan pengembangan strategi dan aktivitas dalam lembaga
atau organisasi.Secara umum misi menurut Sharplin (1985) adalah ‘alasan
keberadaan’, misi sebagai deskripsi tentang apa yang hendak dicapai dan untuk
siapa. Sementara itu Pearce dan Robinson (1988) menyebutkan bahwa misi
organisasi disebutkan sebagai tujuan fundamental dan unik yang menunjukkan
perbedaan suatu organisasi dengan organisasi lain yang sejenis dan
mengidentifikasi cakupan (scope) organisasinya. Bertitik tolak
dari pandangan tersebut misi adalah alasan bagi keberadaan sebuah organisasi,
dalam hal ini yaitu alasan keberadaan sekolah, karena itu sekolah sebagai
organisasi memiliki kebutuhan khusus untuk mengkomunikasikan misi dan
mengartikulasikan tujuan, target dan ukuran yang menjadi dasar penilaian
kinerjanya.
Misi sekolah
adalah aspirasi kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, tenaga
kependidikan, dan masyarakat sekolah lainnya yang akan dijadikan elemen
fundamental penyelenggaraan program sekolah dalam pandangan sekolah dengan
alasan yang jelas dan konsisten dengan nilai-nilai sekolah.
Kotler
(1987) mengatakan bahwa misi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang
diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang dapat ditawarkan, kebutuhan yang
dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang dapat
diperoleh, serta aspirasi dan cita-cita di masa depan.
Dari
pengertian tersebut, tampaknya ada lima unsur penting yang tidak dapat
dilupakan dalam merumuskan misi suatu organisasi, yaitu:
1. Produk apa atau pelayanan apa yang akan ditawarkan. Apakah itu pendidikan
anak-anak, pendidikan tinggi, dan lain-lain.
2. Apakah produk atau pelayanan yang ditawarkan itu dapat memenuhi kebutuhan
tertentu yang memang diperlukan dan bahkan dicari karena belum tersedia selama
ini.
3. Misi harus secara tegas menyatakan publik mana yang akan dilayani.
4. Bagaimana kualitas barang atau pelayanan yang hendak ditawarkan.
5. Aspirasi apa yang diinginkan di masa yang akan datang.
Unsur-unsur
misi tersebut selayaknya dinyatakan sebagai keyakinan untuk sungguh-sungguh
dilaksanakan oleh organisasi, tidak hanya sebagai semboyan tanpa makna. Oleh
karena banyak hal yang perlu diketahui oleh masyarakat yang dilayani, rumusan
misi tidak dapat terdiri dari satu kalimat atau pernyataan singkat saja.
Misi
merupakan “alat yang tak ternilai” untuk mengarahkan perumusan strategi dan
pelaksanaan strategi. Ia merupakan fondasi yang konstan dalam pengambilan
keputusan strategik. Ia bahkan adalah common thread yang
menyatakan seluruh aktivitas organisasi.
Misi
disebut raison d’etre-nya organisasi, yaitu yang merupakan alasan
kehadirannya, pembenaran tentang eksistensinya. Misi sebenarnya menjelaskan
hal-hal yang sangat fundamental, merupakan falsafah dasar dari organisasi,
sebagai pendorong lahirnya inspirasi-inspirasi yang penuh motivasi. Misi juga
penting karena suatu perumusan tujuan dan sasaran yang realistik hanya mungkin
dilakukan jikalau terlebih dahulu misi organisasi sudah diidentifikasi.
Merumuskan
misi organisasi terkadang dianggap mudah, tetapi kesulitannya lebih banyak
ketimbang gampangnya. para pengambil keputusan strategik sering mampu
merumuskan misi itu dengan baik, tetapi segera timbul kesulitan dalam
mengkoordinasikan tindakan-tindakan manajerial. Inilah peranan kritis dari
berbagai organisasi karena banyak organisasi yang gagal merealisasikan misinya.
Misi, karenanya harus mendarat lebih dahulu dalam hati semua orang yang bekerja
dalam organisasi itu. Jadi apabila dikatakan bahwa salah satu misi dalam
lembaga pendidikan adalah meningkatkan kualitas, maka seharusnya semua orang
yang terlibat dalam proses itu memahami sungguh-sungguh apa yang dimaksud
dengan meningkatkan kualitas itu dan senantiasa berusaha menuju ke sana,
sementara manajemen puncak harus pula komit untuk mempertahankan tekad itu.
Terkait
dengan hal tersebut, pada dasarnya misi dibuat untuk jangka waktu tiga sampai
lima tahun dan dapat berubah. perubahan itu bisa dilakukan jikalau terjadi
perubahan penting dalam lingkungan, misalnya ada peluang yang harus dikejar,
ada ancaman, atau tantangan yang sangat berarti. Bisa juga terjadi perubahan
apabila manajemen baru menghendakinya. Misi juga dapat bertahan bertahun-tahun
tanpa ada perubahan, yaitu jika kondisi lingkungan dan pihak-pihak terkait
masih menghendaki demikian. Jadi misi bukanlah dogma yang tidak bisa berubah.
Pendidikan
sebagai sebuah organisasi harus dikelola sedemikianrupa agar aktivitas
pelaksanaan program pendidikan dapat berjalan secaraefektif, efisien, dan
produktif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dengan
demikian, di antara tujuan dan manfaat organisasi pendidikan sebagai berikut:
- Mengatasi
keterbatasan kemampuan, kemauan, dan sumber dayayang dimilik
dalam mencapai tujuan pendidikan.
- Terciptanya
efektifitas dan efisiensi organisasi dalam rangkamencapai tujuan
pendidikan.
- Dapat
menjadi wadah pengembangan potensi
dan spesialisasi yangdimilik.
- Menjadi tempat pengembangan ilmu pengetahuan.
Di
samping tentang tujuan dan manafaat adanya pengorganisasian dilingkungan
pendidikan, kita perlu memahami mengenai efektivitas organisasi. Organisasi
dinyatakan efektif apabila tujuan anggota organisasi dan tujuan organisasi
tercapai sesuai atau di atas target yang telah ditetapkan. Artinya, baik pihak
pelanggan internal maupun pihak pelanggan eksternal organisasi merasa puas.
2.2.2 Fungsi Organisasi
Organisasi
kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan, sekaligus juga
memiliki fungsi tersendiri yang bermanfaat bagi anggotanya. Organisasi
kependidikan selain sebagai ciri suatu profesi kependidikan berfungsi sebagai
pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya,
dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan profesional profesi ini. Kedua fungsi
tersebut dapat diuraikan berikut ini.
- Fungsi
Pemersatu
Kelahiran
suatu organisasi profesi tidak terlepas dari motif yang mendasarinya, yaitu
dorongan yang menggerakkan para profesional untuk membentuk suatu organisasi
keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada yang bersifat sosial,
politik, ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Namun, umumnya
dilatar belakangi oleh dua motif, yaitu motif intrinsik dan ekstrinsik. Secara
intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya medapatkan kehidupan
yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya, bahkan mungkin mereka
terdorong oleh semangat menunaikan tugasnya sebaik dan seikhlas mengkin. Secara
ekstrinsik mereka terdorong oleh tmntutan masyarakat pengguna jasa suatu
profesi yang semakin hari semakin kompleks.
Kedua
motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi pengemban suatu profesi, yang
secara teoritis sangat sulit dihadapi dan diselesaikan secara individual.
Kesadaran atas realitas ini menyebabkan para profesional membentuk organisasi
profesi. Demikian pula organisasi kependidikan, merupakan organisasi profesi
sebagai wadah pemersatu berbagai potensi profesi kependidikan dalam menghadapi
kopleksitas tantangan dan harapan masyarakat pengguna pengguna jasa
kependidikan. Dengan mempersatukan potensi tersebut diharapkan organisasi
profesi kependidikan memiliki kewibawaan dan kekuatan dalam menentukan
kebijakan dan melakukan tindakan bersama, yaitu upaya untuk melindungi dan
memperjuangkan kepentingan para pengemban profesi kependidikan itu sendiri dan
kepentingan masyarakat pengguna jasa profesi ini.
- Fungsi
Peningkatan Kemampuan Profesional
Fungsi
kedua dari organisasi profesi adalah meningkatkan kemampuan profesional para
pengemban profesi kependidikan. Fungsi ini secara jelas tertuang dalam PP No.
38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi : Tenaga kependidikan dapat membentuk
ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan karier,
kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan kesejahteraan tenaga
kependidikan.
Kemampuan
yang dimaksud dalam konteks ini adalah apa yang disebut dengan istilah
kompetensi , yang oleh Abin Syamsuddin dijelaskan bahwa kopetensi merupakan
kecakapan atau kemampuan mengerjakan pekerjaan kependidikan. Guru yang memiliki
kemampuan atau kecakapan untuk mengerjakan pekerjaan kependidikan disebut
dengan guru yang kompeten.
Peningkatan
kemampuan profesional tenaga kependidikan berdasarkan Kurikulum 1994 dapat
dilakukan melalui dua program, yaitu program terstruktur dan tidak terstruktur.
Program terstruktur adalah program yang dibuat dan dilaksanakan sedemikian
rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar yang dapat diakreditasikan
secara akademik dalam jumlah SKS tertentu. Dengan demikian , Pada akhir program
para peserta akan memperoleh sejumlah SKS yang pada gilirannya dapat disertakan
dengan kualifikasi tetrtentu tenaga kependidikan. Program tidak terstruktur
adalah program pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan yang dibuka
berdasarkan kebutuhan tertentu sesuai dengan tuntutan waktu dan lingkungan yang
ada. Terlingkup dalam program tidak terstruktur ini adalah:
- Penataran
tingkat nasional dan wilayah;
- Supervisi
yang dilaksanakan oleh pengawas atau pejabat yang terkait seperti Kepala
Sekolah, Kepala Bidang.
- Pembinaan
dan pengembangan sejawat, yaitu dengan sesama tenaga kependidikan sejenis
melalui forum konunikasi, seperti MGI.
- Pembinaan
dan pengembangan individual, yaitu upaya atas inisiatif sendiri dengan
partisipasi dalam seminar, loka karya, dan yang lainnya.
2.2.3 Management
By Objective ( MBO )
Istilah
manajemen berdasarkan sasaran (MBO) dipopulerkan sebagai pendekatan pada
perencanaan oleh Peter Drucker pada tahun 1964 dalam bukunya The Practice of
Manajemen. Sejak itu MBO telah memacu banyak pembahasan, evaluasi, dan riset.
Banyak program jenis MBO telah dikembangkan, termasuk manajemen berdasarkan
hasil (manajemen by result), manajemen sasaran (goals manajemen), perencanaan
dan peninjauan kembali pekerjaan (work planning and review), sasaran dan
pengendalian (goals and controls), dan lain-lainnya. Walaupun artinya
berbeda-beda program ini sama. Penggunaannya tidak hanya dalam dunia usaha saja
tetapi telah semakin berkembang luas pada dunia nonbisnis, seperti organisasi
pendidikan, kesehatan, keagamaan, dan pemerintahan.
MBO
mengacu kepada seperangkat prosedur yang formal atau nonformal yang dimulai
dengan penetapan sasaran dan dilanjutkan sampai peninjauan kembali hasil
pelaksanaanya. Kunci MBO ialah bahwa MBO merupakan proses partisipasi
atau peran serta, secara aktif melibatkan manajer dan anggota staf
pada setiap organisasi. Dengan membuat struktur organisasi itu tetap berfungsi
sebagaimana fungsi-fungsi dari perencanaan dan pengendalian tetap eksis pada
organisasinya yang mengacu pada MBO. MBO dengan ini bisa membantu banyak
rintangan yang dihadapi oleh organisasi tersebut.
Titik
permulaan MBO adalah filosofi yang sangat positif tentang manusia dan apa yang
membuat mereka ingin bekerja. Menurut Douglas McGregor, ada dua perangkat
asumsi tentang bagimana manusia didorong untuk bekerja. Dalam pandangan
tradisional, manusia menganggap bekerja hanya perlu agar tetap bertahan hidup
dan mereka tidak memikirkan untuk berkembang dalam melakukan pekerjaannya.
Menurut pandangan ini yang dikenal dengan teori X, para manajer harus tegas dan
otoriter, karena bila tidak para bawahan tidak akan mengalami
perkembangan dalam pekerjaannya atau bahkan perusahaan tersebut mengalami
kemunduran, dengan ini juga membawa keburukan pada hasil produksi yang mereka
kerjakan oleh para karyawannya. Sedikit sekali perusahaan yang berhasil tanpa
manajer yang tegas dan otoriter, bahkan tidak ada sama sekali.
Sebaliknya
para penyokong MBO tampaknya berpegang pada sikap yang jauh lebih optimis
terhadap sifat-sifat manusia, yang dikenal dengan teori Y, manusia ingin dan
berhasrat untuk bekerja, memperoleh banyak kepuasan dari pekerjaan dalam
keadaan yang tepat, dan juga dapat melakukan pekerjaan dengan baik. MBO
bermaksud untuk mengambil keuntungan dari keinginan dan kemampuan untuk bekerja
dengan cara menunjukkan kepada para manajer bagaimana menyediakan suatu iklim
yang akan menghasilkan yang terbaik bagi semua anggota staf dan memberi kesempatan
untuk pengembangan diri dan juga memberi kesempatan kepada para bawahan untuk
bisa lebih baik lagi dari sebelumnya atau mungkin dari para bawahan (staf dan
lain-lainnya) ada juga yang diangkat menjadi lebih baik dari pekerjaan
sebelumnya, misalnya diangkat menjadi staf, sekretaris bahkan menjadi manajer
perusahaan itu, dengan syarat menenunjukkan kedisiplinan yang tinggi dan juga
pada bidang pekerjaan yang mereka lakukan, dengan mengikuti seleksi yang cukup
ketat dengan para bawahan yang lainnya pada perusahaan itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Pidarta,
Made. 2005. Perencanaan Pendidikan Parsipatori dengan Pendekatan Sistem.
Jakarta : Rineka Cipta.
Pidarta,
Made. 2004. Edisi Revisi. Manajemen
Pendidikan Indonesia. Jakarta : Rineka Cipta.
Pusat
Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balai Pustaka.
Supardi
& Syah, Darwyan. 2010. Perencanaan
Pendidikan : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Diadit Media.
Kerzner,
H. 2001. Project Management. Seventh
Edition. John Wiley & Sons, Inc., New York.
Brown.
R.G., Burns, T., 2005. Lecture Notes
Dermatologi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Skinner,
B.F. 1969. Contingencies of Reinforcement.
New York : Appleton Century Crofts.
Ansoff,
Igor, H. 1965. Coorporate strategy.
McGrawHill
Anthony,
R. A. 1965. Planning and Control System :
A Framework For Analysis. Boston : Harvard University Press.
Lorange,
P. 1980. Corporate Planning: An Executive
Viewpoint Englewood Cliffs. NJ : Prentice Hall.
Steiner,
G.A. 1979. Strategic Planning. New
York : The Free Pass a Division af MacMillan Publishing Co., Inc.
Sharplin,
A. 1985. Strategic Management. Mc
Graw : Hill Book Company.
Pearce,
J. A. II, and Robinson, R. B., Jr. 1997. Cases
in Strategic Management. 4th Edition, II : Richard D Irwin, Inc : Chicago.
Kotler,
Philip. 1995. Manajemen Pemasaran :
Analisis Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Jakarta : Salemba
Empat.
J.
David Hunger & Thomas L. Wheelen. 1996. Manajemen Strategis. Yogyakarta :
ANDI.
http://www.academia.edu/6910934/Organisasi_pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar