PEMBAHASAN
- Pendahuluan
Masing-masing
peserta didik atau siswa sebagai individu dan subjek belajar memiliki
karakteristik atau ciri-ciri sendiri. Kondisi atau keadaan yang terdapat pada
masing-masing siswa dapat mempengaruhi bagaimana proses belajar siswa tersebut.
Dengan kondisi peserta yang mendukung maka pembelajaran tentu dapat dilakukan
dengan lebih baik, sebaliknya pula dengan karakteristik yang lemah maka dapat
menjadi hambatan dalam proses belajar mengajar.
Dalam bukunya, Sardiman (2011: 120)
menyebutkan bahwa terdapat 3 macam hal karakteristik atau keadaan yang ada pada
siswa yang perlu diperhatikan guru yaitu:
1)
Karakteristik atau keadaan yang berkenaan
dengan kemampuan awal siswa. Misalnya adalah kemampuan
intelektual, kemampuan berpikir, dan lain-lain.
2)
Karakteristik atau keadaan siswa yang
berkenaan dengan latar belakang dan sosial.
3)
Karakteristik atau keadaan siswa yang
berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan,
minat, dan lain-lain.
Makalah ini
akan membahas mengenai karakteristik peserta didik sekolah dasar maupun remaja
dalam aspek sosial.
- Karakteristik
Peserta Didik pada Masa Anak Sekolah (6-12 tahun)
Banyak ahli menganggap masa
ini sebagai masa tenang atau masa latent. Di mana apa yang telah terjadi dan
dipupuk pada masa-masa sebelumnya akan berlangsung terus untuk masa-masa
selanjutnya. Tahap usia ini disebut juga
sebagai usia kelompok (gang age), di mana anak mulai mengalihkan perhatian dan
hubungan intim dalam keluarga ke kerjasama antar teman dan sikap-sikap terhadap
kerja atau belajar.
Dengan memasuki SD, salah
satu hal penting yang perlu dimiliki anak adalah kematangan sekolah, tidak saja
meliputi kecerdasan dan keterampilan motoric, bahasa, tetapi juga hal lain
seperti dapat menerima otoritas tokoh lain di luar orangtuanya, kesadaran akan
tugas, patuh pada peraturan, dan dapat mengendalikan emosi-emosinya.
Pada masa anak sekolah ini,
anak-anak membandingkan dirinya dengan teman-temannya di mana ia mudah sekali
dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman,. Bila pada masa ini ia
sering gagal dan merasa cemas, akan tumbuh rasa rendah diri, sebaliknya bila ia
tahu tentang bagaimana dan apa yang perlu dikerjakan dalam menghadapi tuntutan
masyarakatnya, dan ia berhasil mengatasi masalah dalam hubungan teman, dan
prestasi sekolahnya, akan timbul motivas yang tinggi terhadap karya dengan lain
perkataan terpupuklah “industry”.
Dengan memasuki dunia
sekolah dan masyarakat, anak-anak dihadapkan pada tuntutan social yang baru,
yang menyebbkan timbulnya harapan-harapan atas diri sendiri (self-expectation)
dan aspirasi-aspirasi baru, engan lain perkataan akan muncul lebih banyak
tuntutan dari lingkungan maupun dari dalam anak sendiri yang kesemuanya ingin
dipenuhi. Beberapa keterampilan yang perlu dimiliki anak pada fase ini meliputi
antara lain :
a.
Keterampilan menolong diri
sendiri (self-help skills) : misalnya dalam hal mandi, berdandan, makan, sudah
jarang tau bahkan tidak perlu ditolong lagi.
b.
Keterampilan bantuan social
(social-help skill) : anak mampu membantu dalam tugas-tugas rumah tangga
seperti menyapu, membersihkan rumah, mencuci dan sebagainya. Partisipasi mereka
akan memupuk perasaan diri berguna dan sikap kerjasama.
c.
Keterampilan sekolah
(school-skills) : meliputi penguasaan dalam hal akademik dan non akademik
(misalnya menulis, mengarang, matematika, melukis, menyanyi, prakarya, dan
sebagainya).
d.
Keterampilan bermain (play
skills) : meliputi keterampilan dalam berbagai jenis permainan seperti antara
lain main bola, mengendarai sepeda, sepatu roda, catur, bulu tangkis, dan
sebagainya.
Di dalam segi emosinya,
nampak pada usia ini, anak mulai belajar mengendalikan reaksi emosinya dengan
berbagai cara atau tindakan yang dapat diterima lingkungannya (misalnya
sekarang ia tidak lagi menjerit-jerit dan berguling-gulingan kalu keinginannya
tidak dipenuhi karena reaksi semacam ini dianggap seperti “anak kecil”). Memang
masih sering terjadi bahwa di rumah anak-anak usia ini kurang besar motivasinya
untuk mengendalikan emosinya dibandingkan dengan control emosi yang
dilakukannya di luar rumah (di antara teman atau di sekolah).
Pada masa akhir sekolah,
karena tujuan utama adalah diakui sebagai anggota dari suatu kelompok, maka
biasanya anak-anak cenderung lebih senang memilih aturan-aturan yang ditetapkan
kelompoknya daripada apa-apa yang diatur oleh orangtuanya (misalnya dalam cara
berpakaian, berbicara, bertingkah laku, dan sebagainya).
Melalui pengasuhan di rumah,
dan pergaulan sosial dan sehari-hari anak belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain,
bagaimana ia menemukan identitas diri dan peran jenis kelaminnya, bagaimana
meltih otonomi, sikap mandiri dan berinisiatif, bagaimana belajar mengatasi
kecemasan dan konflik secara tepat,
bagaimana mengembangkan moral dan kata hati yang benar-benar serasi. (Gunarsa
Yulia, Gunarsa Singgih : 2008)
- Karakteristik
Peserta Didik pada Masa Remaja
Salah satu tugas
perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan
penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam
hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang
dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.
Untuk mencapai tujuan dari
pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang
terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatkan pengaruh
kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru,
nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai baru dalam dukungan
dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.
Kuatnya
Pengaruh Kelompok Sebaya
Karena remaja lain banyak
berada di luar rumah bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompok, maka
dapatlah dimengerti bahwa pengaruh teman-teman sebaya pada sikap, pembicaraan,
minat, penampilan, dan perilaku lebih besar daripada pengaruh keluarga.
Misalnya, sebagian besar remaja mengetahui bahwa bila mereka memakai model pakaian
yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya
untuk diterima oleh kelompok menjadi lebih besar. Demikian pula bila anggota
kelompok mencoba minum alcohol, obat-obat terlarang atau rokok, maka remaja
cenderung mengikutinya tanpa memperdulikan perasaan mereka sendiri akibatnya.
Bertambah tua maka jenis teman menjadi lebih penting daripada jumlah.
Karena remaja mengerti apa
yang diharapkan dari teman-teman, maka remaja bersikeras untuk memilih sendiri
teman-temannya tanpa campur tangan orang dewasa. Seringkali hal ini menimbulkan
dua akibat yang mengganggu stabilitas persahabatan remaja. Pertama, karena
kurangnya pengalaman terutama dengan lawan jenis remaja memilih teman-teman
yang kurang sesuai, tidak seperti yang diharpkan, pertengkaran sering terjadi
dan kemudian persahabatan mereka bubar.
Kedua, seperti halnya dalam
bidang-bidang kehidupan lainnya, remaja cenderung tidak realistic dengan
standar yang ia tetapkan untuk teman-temannya. Ia menjadi kritis bila teman-teman
tidak memenuhi standan dan kemudian berusaha memperbaiki teman-temannya.
Biasanya hal ini juga menyebabkan pertengkaran dan mengakhiri persahabatan.
Lambat laun remaja menjadi lebih realistic akan orang-orang lain dan juga akan
diri sendiri. Dengan demikian, ia tidak sekritis sebelumnya dan lebih menerima
teman-temannya.
Nilai Baru
dalam Penerimaan Sosial
Seperti halnya adanya nilai
baru mengenai teman-temannya, remaja juga mempunyai nilai baru dalam menerima
atau tidak menerima anggota-anggota berbagai kelompok sebaya seperti klik,
kelompok besar atau geng. Nilai ini terutama didasarkan pada nilai kelompok
sebaya yang digunakan untuk menilai anggota-anggota kelompok. Remaja segera
mengerti bahwa ia dinilai dengan standar yang sama dengan yang digunakan untuk
menilai orang lain.
Tidak ada satu sifat atau
pola perilaku khas yang akan menjamin penerimaan sosial selama masa remaja.
Penerimaan bergantung pada sekumpulan sifat dan pola perilaku yaitu sindroma
penerimaan yang disenangi remaja dan dapat menambah gensi dari klik
atau kelompok besar yang diidentifikasi.
Demikian pula, tidak ada
satu sifat atau pola perilaku yang menjauhkan remaja dari teman-teman
sebayanya. Namun ada pengelompokan sifat sindroma alienasi yang membuat orang
lain tidak menyukai atau menolaknya.
Minat Sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung
pada kesempatan yang diperoleh remaja untuk mengembangkan minat tersebut dan
pada kepopulerannya dalam kelompok. Seorang remaja yang status sosioekonomis
keluarganya rendah, misalnya, mempunyai sedikit kesempatan untuk mengembangkan
minat pada pesta-pesta dan dansa dibandingkan dengan remaja yang latar belakang
keluarga yang lebih baik. Begitu pula, remaja yang tidak populer akan mempunyai
minat sosial yang terbatas.
Minat-minat Sosial yang
Umum Pada Remaja
1. Pesta
Minat
terhadap pesta dengan teman-teman lawan jenis pertama kali tampak sekitar usia
tiga belas atau empat belas tahun. Sepanjang masa remaja anak perempuan lebih
menyukai pesta daripada anak laki-laki.
2. Minum-minuman
Keras
Minuman
keras pada saat berkencan atau pesta semakin bertambah popular selama masa
remaja, remaja perempuan bersama teman-teman sejenis jarang minum-minuman keras
dibandingkan dengan remaja laki-laki.
3. Obat-obatan
terlarang
Meskipun
tidak bersifat universal, penggunaan obat-obat terlarang merupakan kegiatan
klik dan kegiatan pesta yang populer, yang dimulai pada awal masa remaja.
Banyak remaja mencoba obat-obatan ini karena “ harus dicoba,” meskipun beberapa
kemudian menjadi kecanduan.
4. Percakapan
Setiap
remaja memperoleh rasa aman bila berada diantara teman-teman dan membicarakan
hal-hal yang menarik atau yang mengganggunya, pertemuan-pertemuan seperti ini
merupakan kesempatan untuk mengeluarkan isi hati dan memperoleh pandangan baru
terhadap masalah yang dihadapi.
5. Menolong
orang lain
Banyak
kaula muda sangat berminat untuk menolong mereka yang merasa dirinya tidak
mengerti, diperlakukan kurang baik atau yang merasa tertekan. Lama kelamaan
minat ini berkurang karena 2 hal. Pertama, remaja mulai merasa bahwa tidak ada
yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki kekeliruan-kekeliruan ini, dan
kedua, mereka merasa bahwa usaha-usaha mereka seringkali tidak dihargai.
6. Peristiwa
Dunia
Melalui
pelajaran-pelajaran di sekolah dan media masa, remaja seringkali mengembangkan
minat terhadap pemerintahan, politik dan peristiwa-peristiwa dunia. Minat ini
diungkapkan terutama melalui bacaan dan pembicaraan-pembicaraan dengan
teman-teman, guru-guru, dan orang tua.
7. Kritik
dan Pembaruan
Hampir
semua kaula muda, terutama remaja perempuan, menjadi kritis dan berusaha
memperbaiki orang tua, teman-teman, sekolah dan masyarakat. Kritik-kritik
mereka biasanya bersifat merusak, bukan kritik membangun, dan usul-usul untuk
memperbaiki biasanya tidak praktis.
(Hurlock : 1980)
- Kesimpulan
·
Perkembangan sosial
adalah perkembangannya tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan
meningkatnya kebutuhan hidup manusia.
·
Perhatian remaja mulai
tertuju pada pergaulan didalam
masyarakat dan mereka membutuhkan pemahaman tentang norma kehidupan yang
kompleks. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kehidupan kelompok
terutama kelompok sebaya.
·
Perkembangan sosial
remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi keluarga, kematangan
anak, status social ekonomi keluarga, pendidikan, dan kapasitas mental terutama
intelek dan emosi.
·
Perkembangan
intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain
kesehatan jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Kemampuan mengontrol
emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
REFERENSI
Gunarsa & Gunarsa Singgih. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia.
Hurlock, Elizabeth B . 1980. Psikologi
Perkembangan. Erlangga. Jakarta
Kurnia, inggrid dkk. 2007. Perkembangan
Belajar Peserta Didik. Tidak diterbitkan.
Muhibbinsyah. 2010. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2011. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press
Sunarto & Hartono. 1995. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
https://guruipskudu.wordpress.com/2013/05/12/karakteristik-peserta-didik-kd-1-1-indikator-1-1-1/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar